Oleh : Edy Suprayitno
SINGARAJA, MENARA62.COM. Muhammadiyah dimata saya adalah sebuah organisasi yang sangat lengkap dalam memfasilitasi dirinya guna menjalankan visi dan misinya sebagai sebuah organisai kemasyarakatan yang berbasis agama. Secara umum dan lumrah organisasi pastinya memiliki pengurus atau lebih dikenal Pimpinan kalau di Muhammadiyah.
Dengan maksud memberi ruang dan wadah berkreasi dan beraktifitas bagi Ibu – ibu, Muhammadiyah di topang dan dibantu oleh organisasi ibu-ibu Muhammadiyah yang dikenal dengan ‘Aisyiyah. Lalu guna mengarahkan dan memfasilitasi para pemuda dan pemudi Muhammadiyah agar senantiasa bergerak dalam berbagai kegiatan yang mencerahkan, dibentuklah ORTOM atau Organisasi Otonom Muhammadiyah yang terdiri dari Pemuda Muhammadiyah, Nasyiathul ‘Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Tapak Suci dan Kepanduan Hisbul Wathan Muhammadiyah.
Untuk mempertegas keberadaan dan fungsi Muhammadiyah di masyarakat, organisasi Muhammadiyah dilengkapi dengan Majelis-majelis atau Lemaga yang langsung bersentuhan dengan gerakan Perserikatan Muhammadiyah, seperti Majelis Dikdasmen yang fokus dalam hal pendidikan dan pengelolaan berbagai sekolah atau maadrasah dan Perguruan Tinggi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, Majelis Ekonomi yang konsen pada perekonomian ummat, Majelis atau LPCR yang bertugas mengembangkan dan membina keberadaan Cabang dan Ranting Muhammadiyah, Majelis atau LPB yang bertanggung jawab dalam hal penanggulangan bencana atau yang lebih di kenal dengan MDMC, dan Majelis atau Lembaga lainnya yang bertujuan melibatkan diri dalam masyarakat.
Demikianlah Muhammadiyah telah melengkapi organisasi ini dengan berbagai organisasi otonom yang akan menjadi kaki tangan gerakan yang diharapkan dapat memberikan kemaslahatan bagi masyarakat banyak. Sangat diharapkan ORTOM – ORTOM ini mampu bergerak sesuai dengan fungsi dan tugasnya. Mereka ( Ortom, red) juga diharapkan dapat mencetak kader – kader militan dan idelogis sehingga kelak diharakan mampu menjadi pengganti atau penerus dalam kepemimpinan Muhammadiyah di kemudian hari.
Bicara kader dan kaderisasi, sekolah atau perguruan tinggi Muhammadiyah adalah kawah candra dimukanya pengkaderan. Sekolah atau Perguruan Tinggi diharapkan mampu menjadi gerbang pendidikan dan pelatihan formal bagi kader – kader Muhammadiyah. Karena di sekolah atau Perguruan Tinggilah semua wadah pengkaderan wajib ada atau harus ada. Paling tidak empat ortom wajib dan harus ada di sekolah atau Perguruan Tinggi yaitu TAPAK SUCI, HISBUL WATHAN, IPM dan IMM. Keempat ortom itu akan menjadi penggembleng dan pendidik para siswa/mahasiswa atau kader-kader ideologis Muhammadiyah yang ada di sekolah atau Perguruan Tinggi selain pendidikan formal yang akan mereka dapatkan.
Selain Muhammadiyah menjadi organisasi sosial kemasyarkatan yang berbasis agama dan bergerak secara ikhlas dalam pelayanan kemanusiaan, Muhammadiyah juga menjadi tumpuan puluhan ribu orang dalam berbagai profesi yang mendapatkan penghasilan guna memberikan penghidupan untuk keluarga mereka masing-masing, dari buruh pabrik, guru hingga dokter dan Rektor.
Melihat betapa besar dan banyaknya sektor yang digerakkan oleh Muhammadiyah, hal ini sangat membutuhkan proses kaderisasi yang SERIUS, komprehensip dan berkelanjutan. Sebagaimana para siswa yang diharapkan bisa menjadi pelangsung dan pelanjut gerakan, para kader yang juga bekerja di semua sektor AMAL USAHA Muhammdiyah juga di tuntut bisa dan mampu menjadi PENGGERAK-PENGGERAK Muhammadiyah dari tempat mereka bergiat atau bekerja. Semisal para guru dan pegawai di sekolah-sekolah Muhammdiyah sangat diharapkan menjadi contoh atau tauladan bagi semua kader dimanapun beraktifitas. Para guru atau pegawai sekolah dapat membagi dan mengatur waktunya untuk tetap bisa dan mau menggerakkan dan digerakkan ( dirinya ) dalam berbagai kegiatan Muhammdiyah diluar tugas dan fungsinya sebagai guru dan pegawai. Bukan memposisikan dirinya hanya sebagai guru dan pegawai tanpa mau menggerakan dan digerakkan oleh Muhammadiyah.
Jadi, menjadi kader dengan profesi apapun di amal usaha Muhammadiyah adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan alias satu paket. Maka, jadilah Kader yang serius dan cakap dalam profesi dan profesional dalam berkhikmad sebagai kader.
KADER dan PROFESI itu adalah Satu Paket. ( sebuah Opini )
- Advertisement -