25.6 C
Jakarta

Serunya Belajar Karya Tiga Dimensi dengan Media Kertas Lipat di SD Muhammadiyah PK Kottabarat

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Mengajar murid kelas I SD tentu membutuhkan kreativitas tinggi dari para guru. Selain untuk membangun kelekatan antara guru dengan murid, juga sebagai sarana menumbuhkan kreativitas dan imajinasi murid.

Seperti yang dilakukan oleh tim guru kelas I SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Meskipun masih menerapkan sistem blended (daring dan luring) dalam pembelajaran, guru tetap berupaya menghadirkan suasana pembelajaran yang menggembirakan.

Belum lama ini, sejumlah 77 murid kelas I mengikuti kegiatan pembelajaran membuat karya tiga dimensi berupa miniatur pohon dari kertas lipat. Sebagian dari mereka mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka dan sebagian lainnya mengikuti melalui Zoom Meeting.

Guru kelas I, Yuli Ekowati, menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini agar murid dapat mengidentifikasi ciri-ciri karya tiga dimensi.

“Anak-anak merasa mereka sedang bermain, padahal sebenarnya mereka sedang belajar identifikasi karya tiga dimensi,” tutur Yuli.

Yuli juga menjelaskan alat, bahan, dan langkah-langkah pembuatan karya tiga dimensi tersebut.

“Alat dan bahan yang digunakan adalah kertas lipat, gunting, lem, spidol atau alat tulis, dan gunting,” ujarnya.

Menurut Yuli, ada empat langkah untuk membuat karya tiga dimensi tersebut. Pertama, menyiapkan alat dan bahan. Kedua, membuat pola pohon sebanyak dua buah. Ketiga, kertas dilipat menjadi dua bagian dan dipotong mengikuti pola. Keempat, menempelkan dua potongan pola pohon menjadi satu.

Murid kelas I tampak antusias mengikuti pembelajaran meskipun sebagian mengikuti dari rumah masing-masing.

Salah satunya adalah Mahesa, meskipun mengikuti pembelajaran melalui Zoom Meeting dari rumah, ia mengaku senang dan mengikuti petunjuk pembuatan dari guru didampingi ibunya.

“Seru sekali, aku membuat lambang sila ke-3 Pancasila, yaitu pohon beringin dengan hiasan pagar, orang-orangan, dan tulisan pohon beringin,” kata Mahesa.

Kegiatan pembelajaran tersebut juga disambut positif oleh salah satu orang tua murid, Winda Surci Febrianty. Menurutnya, pembelajaran prakarya ini sebagai refreshing anak-anak di luar materi akademis.

“Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan motorik anak dengan kegiatan membuat pola, memotong, dan menempel,” pungkasnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!