27.8 C
Jakarta

Hidup adalah satu perjuangan dan perjuangan perlu pengorbanan

Baca Juga:

Bonni Febrian
Bonni Febrianhttp://menara62.com
Belajar istiqomah dan lebih bermanfaat

PULANG PISAU, MENARA62.COM
Perayaan Idul adha beserta ibadah qurban adalah ibadah yang mengingatkan kita kepada keimanan, kesabaran, kejujuran serta ketaatan nabi Ibrahim alaihissalam , nabi yang dikaaihi Allah karena keimanan yang sangat kuat dan ketaqwaan yang sangat tinggi.

Moh. Miftahurroji, S.Sos.I, M.Pd menyampaikan hal itu dalam khutbah Idul Adha, Sabtu (9/7/2022).

Khutbah Idul adha disampaikan di halaman Masjid KH Ahmad Dahlan Pulang Pisau,  yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pulang Pisau.

“ Untuk menghormati dan mencontoh ketaatan Nabi Ibrahim, kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah qurban dengan bìnatang ternak yang baik dan besar, dan tuntunan tersebut sampai hari ini dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin seluruh dunia, sebagai simbol ketaatan dan keiklhasan kepada Allah Tuhan semesta alam” ujarnya dalam khutbah yang dibacakan selama kurang lebih 30 menit.

Ketaatan , keikhlasan dan pengorbanan harus menjadi bagian dari kehidupan kaum muslimin, tetapi kadang kecintaan manusia terhadap harta terkadang sangat berlebihan sehingga menjadi cobaan berat bagi dirinya dan penghalang ketaatan kepada Allah ta’ala.

Miftahurroji kemudian mengupas surat at-Taghabun ayat 15, yang artinya :

“ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allah pahala yang besar “

Berinfak dan bersedekah

Menurunya keengganan berinfak dan bersedekah adalah karakter manusia kikir, karena mereka sangat mencintai harta yang dimilikinya, walaupun Allah telah menekankan dalam Alqur’an, dimana bersedekah itu sama dengan memberi pinjaman kepadaNYA yang akan dibayar dengan berlipat ganda di dunia dan pahala besar di akhirat.

“Sebagian besar Manusia masih menganggap bahwa harta yang dimilikinya untuk mengekalkan kehidupan di dunia, mereka enggan berinfak , padahal harta, menurut pandangan agama hanya perhiasan kehidupan dunia yang bersifat sementara ” katanya.

Dia mencontohkan pada zaman sahabat nabi di Madinah, betapa para sahabat saling mengasihi dan menolong ďiantara mereka seperti bangunan yang kokoh. Mereka memberi pertolongan kepada orang lain yang kesusahan sangat luar biasa, bahkan melebihi keperluan diri sendiri, mereka rela tidak makan demi untuk memberi makan sahabatnya yang kelaparan.

Seperti digambarkan dalam Surat Al.Hasybr ayat 9 yang artinya : “…. dan mereka mengatasnamakan (muhajirin) ataa dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan aiapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung” jelas Miftahurojji.

Di akhir khotbah, Miftahurojji mengajak jamaah untuk merenungi kembali momentum idul adha bahwa kesanggupan Nabi Ibrahim mengurbankan anak kandungnya sendiri Nabi Ismail; disamping menguji ketaatan kepada perintah Allah, juga Allah memberi peringatan kepada umat bahwa setiap orang harus sanggup mengorbankan diri, keluarga, dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah.

“Hidup adalah perjuangan dan setiap perjuangan perlu pengorbanan, justru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk uang, harta benda, tenaga dan waktu, akan benar benar menguji keimanan kita, semangat berkorban adalah tuntutan yang paling besar dalam lingkungan keluarga, masyarakat, agama , bangsa dan negara” tutupnya.
(Bonni Febrian)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!