JAKARTA, MENARA62.COM – Lengkapi pelayanan kesehatan yang sudah ada, Rumah Sakit YPK Mandiri resmikan Klinik Tumbuh Kembang Anak pada Jumat (12/8/2022). Klinik yang berada di kompleks gedung Graha Mandiri Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat tersebut untuk tahap awal menyediakan 3 jenis terapi bagi anak dengan problem tumbuh kembang yakni terapi wicara, terapi sensori integrasi dan terapi okupasi.
Dalam keterangan persnya, Prof Dr Endy M Moegni, SpOG (K), Direktur Utama RS YPK Mandiri menjelaskan ide dibangunnya Klinik Tumbuh Kembang Anak YPK Mandiri tersebut bermula dari keluhan masyarakat terkait layanan tumbuh kembang anak yang jumlahnya masih terbatas.
“Banyak orang tua yang harus antre berbulan-bulan untuk mendapatkan jadwal terapi bagi anaknya yang mengalami problem tumbuh kembang. Ini terjadi karena memang klinik tumbuh kembang anak jumlahnya masih terbatas, sementara anak dengan gangguan tumbuh kembang jumlahnya semakin meningkat,” kata Prof Endy.
Karena itu, RS YPK Mandiri yang sudah beroperasi kurang lebih 62 tahun berinisiatif menghadirkan klinik Tumbuh Kembang Anak. Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap individu dan keluarga, terutama untuk perempuan dan anak mencakup siklus kehidupan manusia sejak janin hingga lansia dan menopause.
“Klinik ini menjadi salah satu produk unggulan terbaru yang berada di bawah naungan pelayanan kesehatan RS YPK Mandiri. Sebelumnya kita sudah hadirkan pusat layanan Obstetric, Ginekologi, dan Anak dengan berbagai keunggulan seperti infertilitas dan endokrinologi uroginecology center and feminine wellness, fetal medicine dan endoscopy ginecology, saraf anak dan kini tumbuh kembang anak,” lanjutnya.
Klinik Tumbuh Kembang Anak YPK Mandiri kata dr Yusfa Rasyid, SpOG, MARS, Direktur Medik dan Keperawatan RS YPK Mandiri akan menjadi solusi yang tepat bagi orang tua yang memiliki anak dengan gangguan tumbuh kembang. Menempati lokasi gedung yang nyaman dan strategus, klinik ini menghadirkan tiga jenis terapi yakni terapi wicara, sensori integrasi dan terapi okupasi.
“Tim dokter yang terlibat ada dokter spesialis anak, dan dokter spesialis tumbuh kembang anak. Juga ada 7 tenaga terapi yang siap melayani masyarakat,” jelasnya.
Baginya klinik tumbuh kembang anak harus dibuat senyaman mungkin. Mengingat terapi tumbuh kembang tidak bisa dilakukan hanya untuk sekali datang. Anak dengan gangguan tumbuh kembang akan sering mendatangi klinik sesuai dengan tingkat dan jenis gangguan yang dialami. Minimal seorang anak dengan gangguan tumbuh kembang harus mengakses layanan klinik tumbuh kembang selama 6 bulan atau lebih.
“Karena ini terapi yang sifatnya jangka panjang, maka kami tentu harus menghadirkan tempat yang senyaman mungkin dan pelayanan sebaik mungkin,” tegasnya.
Senada juga disampaikan Hariyanto Soemowinoto, Direktur RS YPK Mandiri. Ia mengatakan bahwa hadirnya klinik terapi tumbuh kembang anak menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat zaman sekarang. Setidaknya melalui klinik ini, anak dengan problem khusus bisa ditangani sejak dini.
Ia bahkan menyebut bahwa jangkauan layanan klinik tumbuh kembang anak semestinya lebih diperluas lagi seperti pelayanan new born genonim. Layanan ini dapat menjadi harapan bagi masyarakat untuk bisa mendeteksi tidak hanya potensi penyakit tetapi juga potensi atau bakat yang dimiliki seorang anak. “Layanan ini dapat membantu pemerintah untuk melakukan mapping potensi SDM yang ada. Dan ini sudah dikembangkan di beberapa negara seperti China,” tambahnya.
Dengan mapping risiko kesehatan sejak dini, maka seseorang dengan risiko jenis penyakit tertentu akan bisa mengambil keputusan yang tepat untuk menghindari tingkat keparahan penyakitnya.
Sementara itu, dr Meri Yanti, SpA, Ketua Staff Medik Fungsional RS YPK Mandiri menjelaskan kasus lambat bicara menjadi jenis gangguan tumbuh kembang anak yang paling banyak dijumpai di tengah masyarakat. Terlebih pada masa pandemi Covid-19 dimana ibu waktunya banyak terkuras untuk kegiatan lain seperti PJJ.
“Orang tua sedikit abai untuk menstimulus anak untuk belajar bicara melalui komunikasi dan kontak harian,” kata dr.
Ia mengingatkan setiap fase usia bayi hingga anak, terdapat jenis ketrampilan yang mestinya dimiliki oleh seorang anak. Misalnya ketika anak usia 18 bulan, maka minimal harus sudah dapat mengucapkan 10 kosa kata.
Lebih lanjut dr Meri mengakui banyak orang tua yang kurang menyadari adanya gejala gangguan tumbuh kembang anak. Dokter biasanya yang justeru dapat mendeteksi lebih awal ketika anak diajak kontrol ke rumah sakit. “Ada perilaku yang tidak biasa, itulah yang kemudian mendorong kami mengeksplorasi lebih mendalam lagi kepada orang tua,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa gangguan tumbuh kembang harus ditangani sejak dini. Karena jika dibiarkan terus dapat mengganggu aktivitas anak dimasa dewasanya. “Anak dengan gangguan lambat bicara, tentu akan sulit berkomunikasi dan itu akan mengganggu kegiatan belajarnya sehari-hari, aktivitas bersosialisasi dan aktivitas lainnya,” tutup dr Meri.