YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Rumah Sakit Universitas Ahmad Dahlan (RS UAD) Yogyakarta memilik layanan operasi katarak tanpa dijahit. Bahkan pasien tidak perlu mondok, satu hari sudah bisa langsung pulang.
Demikian diungkapkan Direktur RS UAD, dr Irni Sofiani MMR periode 2020 – 2022 saat serah terima jabatan di Kampus I UAD Jalan Kapas Yogyakarta, Kamis (1/9/2022). Kedudukan Irni Sofiani digantikan dr Muallim Hawari MMR yang akan menjabat Direktur RS UAD periode 2022-2024.
Dijelaskan Irni, pelayanan mata RS UAD menjadi andalan karena memiliki tindakan operasi tanpa jahit dan tidak sampai satu hari langsung bisa pulang untuk penanganan katarak. “Sebelumnya sudah memiliki alat Phaco atau kamar operasi mata bagus tetapi belum bisa beroperasi,” kata Irni mengenang awal menjabat sebagai Direktur RS UAD.
Saat ini, kata Irni, Phaco sudah didukung dokter spesialis mata yang memiliki skill handal. Tahun 2021 sudah mencapai 7,3 persen dan hingga Agustus 2022 mencapai 7,4 persen. “Setiap bulan bisa melakukan operasi 8-9 orang. Ini sangat membantu pasien yang menggunakan tindakan Phaco dan dapat menggunakan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan,” kata Irni.
Selain layanan mata, tambah Irni, RS UAD juga memiliki layanan penyakit dalam, dengan didukung dokter senior dan kini telah menjadi pilihan bagi masyarakat. Juga ada penambahan dokter spesialis tetap yang diharapkan bisa mengkover layanan lebih luas di pagi hari.
“Bahkan edukasi oleh dokter spesialis dapat kami lakukan di lembaga-lembaga, baik Muhammadiyah maupun Aisyiyah dan lainnya disambut baik masyarakat. Sebab edukasinya langsung dari dokter spesialis,” katanya.
Hal yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) kata Irni, nama RS UAD belum cukup dikenal masyarakat. Banyak pasien yang meminta dirujuk ke RS UAD, namun pembuat rujukan tidak menemukan nama RS UAD. Karena yang terdaftar Rumah Sakit Universitas.
“Sebetulnya, mereka berkeinginan untuk dirawat di rumah sakit yang ada di Dusun Karangsari (RS UAD). Tetapi mereka tidak tahu namanya sehingga batal masuk RS UAD,” katanya.
Sedang Muallim Hawari mengatakan amanah ini merupakan tanggung jawab besar yang harus dipertanggungjawabkan. Ia berharap mampu melaksanakan amanah ini dengan baik.
Saat ini, perubahan regulasi sangat dinamis, persaingan kencang tidak bisa dapat dibendung. Pemerintah juga sudah membuka kran pelayanan rumah sakit dari luar negeri, sehingga RS UAD tidak hanya bersaing dengan sesama warga Indonesia sendiri, tetapi dari luar negeri.
“Kita harus bekerjasama dengan solid, seirama, bergandeng tangan, satu tujuan, satu visi. Sehingga kita mampu menjawab tantangan global. Kita butuh Super Tim, bukan Super Man,” kata Hawari.
Sementara Dr Kasiyarno MHum, Komisaris Utama PT Adi Multi Husada memberikan tanggapan belum tenarnya RS UAD. Ia mengusulkan agar nama diubah dari RS UAD menjadi RS Ahmad Dahlan. “Namanya tidak lagi menggunakan universitas. Sebab dengan nama universitas imagenya untuk praktek,” kata Kasiyarno. (*)