WONOGIRI, MENARA62.COM – Platform Merdeka Mengajar (PMM) adalah platform edukasi yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 11 Februari 2022 sebagai bagian dari Merdeka Belajar Episode 15. Ini adalah platform yang disediakan oleh Kemendikbudristek sebagai salah satu dukungan dalam implementasi Kurikulum Merdeka yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru di Indonesia.
Hingga kini, sekitar 2 juta guru telah mengakses PMM. Salah satunya adalah Wahyu Saryadi, guru matematika SMA Negeri 2 Pati, Jawa Tengah. Guru yang sebelumnya mengajar di SMK Wonogiri tersebut telah memanfaatkan PMM sejak awal platform ini diluncurkan. Ibarat kata, ia yang pertama menjadi penikmat dari menu-menu Platform Merdeka Mengajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
“Menu-menu belajar yang disediakan di PMM itu adalah persoalan yang dihadapi oleh guru dalam keseharian berhubungan dengan tugas mengajar dan mendidik,” kata Wahyu dijumpai di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri, Kamis (7/12/2023).
Menu-menu yang disediakan platform tersebut adalah Video Aplikasi yang berisi kumpulan video inspiratif yang telah dikurasi oleh Kemendikbudristek, Pelatihan Mandiri yang memuat topik-topik pelatihan yang berhubungan dengan Kurikulum Merdeka (KM), Bukti Karya yang memuat menu untuk membangun portofolio karya guru.
Lalu Komunitas Belajar, yang merupakan wadah agar para guru di seluruh Indonesia dapat saling belajar, Asesmen Murid, merupakan alat bantu untuk analisis awal pembelajaran literasi dan numerasi, Perangkat Ajar yang berisi referensi perangkat ajar menurut mata pelajaran dan fase. Menu lainnya adalah Tentang Kurikulum Merdeka yang berisi informasi lengkap soal dokumen implementasi Kurikulum Merdeka, misalnya Panduan Pembelajaran dan Asesmen, Capaian Pembelajaran (CP), dan Contoh-Contoh Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).
Wahyu hampir tiap hari memanfaatkan PMM, baik untuk kebutuhan sendiri maupun berbagi dengan guru lainnya. Aksesibilitasnya terhadap Platform Merdeka Mengajar yang tinggi, lebih banyak untuk kebutuhan pengembangan diri. “Saya ingin mengembangkan diri, belajar secara mandiri melalui artikel-artikel yang ada di Platform Merdeka Mengajar. Artikel-artikel yang ada benar-benar artikel bermutu yang banyak dibutuhkan oleh guru-guru,” katanya.
Memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar membuat Wahyu semakin mudah memahami persoalan-persoalan yang dijumpai guru di lapangan. Itu sebab ia tak segan berbagi ilmu terutama kepada guru yang memang memiliki keterbatasan akses terhadap internet baik karena kendala teknis maupun faktor usia. “Saya senang karena Platform Merdeka Mengajar tidak hanya memberikan tambahan ilmu, tetapi juga terkoneksi dengan rekan guru dari berbagai wilayah,” katanya.
Konektivitas yang luas tersebut menurut Wahyu memudahkan guru dalam menjalankan tugas pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
Sebelum terhubung dengan PMM, Wahyu sendiri sebenarnya telah memiliki komunitas belajar yang beranggotakan guru dari berbagai jenjang pendidikan. Komunitas belajar guru tersebut dibangun sejak pandemi Covid-19 dan terhubung melalui media social Whatshapp (WA). Idenya berangkat dari sekelompok guru muda yang notabene lebih cepat beradaptasi dengan teknologi digital.
Komunitas tanpa nama tersebut tergolong aktif baik untuk berbagai topik. “Kami secara rutin dua pekan sekali menggelar webinar dengan topik apa saja termasuk praktik baik pendidikan di sekolah-sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran dan lainnya,” ujarnya.
Awalnya lingkup gerak komunitas hanya seluas wilayah kabupaten Wonogiri. Namun setelah ada PMM, jangkauan komunitas semakin meluas. “Dulu cuma lingkup kabupaten dengan materi terbatas, sekarang sudah bisa menjangkau teman-teman guru dari seluruh wilayah Indonesia,” ujar Wahyu.
Ketika Kemendikbudristek membuka pendaftaran Komunitas Belajar angkatan pertama. Wahyu pun mendaftarkan komunitas guru yang dikelolanya. “Kami pernah diundang lokakarya di Bali yang melibatkan 100 komunitas guru. Kami sharing pengalaman, pematangan tentang konsep Kurikulum Merdeka. Dari lokakarya ini kami diharapkan bisa mendesiminasikan ke seluruh anggota komunitas,” tambahnya.
Sejak mengikuti lokakarya tersebut, Wahyu mengaku jumlah anggota komunitas meroket. Semula tercatat hanya sekitar 1000 orang guru. “Kini anggota kami ada 6.960 guru dari berbagai jenjang sekolah dan wilayah,” katanya.
Banyak hal bisa didiskusikan dalam komunitas guru tersebut. Mulai dari pengembangan diri, pelatihan, hingga sharing session praktik baik dan berbagi artikel. “Ada juga kami berbagi pengalaman. Misal ada guru yang menghadapi anak berkebutuhan khusus, maka guru tersebut bisa belajar dari guru lain yang menghadapi persoalan sama. Mereka bisa membahas bersama, dan cari solusinya bersama. Intinya kami menjembatani mereka yang punya problem sama,” tukasnya.
Menurut Wahyu sejak ada PMM, kegiatan komunitas guru semakin banyak dan beragam. Dalam sepekan rata-rata bisa ada 4 atau 5 kegiatan. “Di komunitas ini ada juga membahas pelatihan guru penggerak dan calon guru penggerak. Narasumbernya mereka yang sudah lulus program guru penggerak,” katanya.
Grup bahasan komunitas diakui Wahyu banyak menggunakan WA. Jumlahnya kini sudah sekitar 100 grup. Masing-masing group tersebut terkoneksi dengan PMM. “Setiap tema ada grup masing-masing. Jadi kalau mau fokus bahas apa digrup itu, kita akan arahkan masuk grup yang sama. Tetapi semua terkoneksi ke PMM,” katanya.
Wahyu memastikan bahwa semua guru dalam komunitas yang dikelola, berkedudukan setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah meski ada yang memiliki gelar akademik banyak. Semua guru di grup juga boleh berbagi, tidak ada yang merasa lebih pintar atau lebih menguasai masalah.
Untuk mendokumentasikan semua kegiatan dalam komunitas guru yang dikelolanya, Wahyu pun membangun laman OnEduMind.com. Laman yang dikelola tersebut kini terkoneksi dengan PMM. “Kami merekam semua kegiatan yang digelar komunitas guru mulai dari praktik baik Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5, Implementasi Kurkulum Merdka dan lainnya. Juga video pembelajaran atau pelatihan yang ada di PMM,” ujarnya.
Ini memungkinkan guru yang tidak terkoneksi saat kegiatan berlangsung bisa recall kegiatan kembali, bisa mendapatkan materi yang disampaikan narasumber.
Uang Pribadi
Sejak anggota komunitas guru yang dikelolanya terus bertambah dengan kegiatan yang makin beragam, Wahyu pun memiliki ide mendokumentasikan semua kegiatan komunitas secara digital. Maka lahirnya laman OnEduMind.com yang menjadi penghubung bagi ribuan guru dalam komunitas yang dikelola Wahyu. Nama laman ini kemudian digunakan sebagai identitas komunitas guru.
Sebagai seorang guru matematika, membangun website sekaligus mengelolanya tentu bukan masalah gampang. Namun Wahyu mau belajar. Ia juga tak segan mengeluarkan anggaran dari kantong pribadi untuk membayar domain dan hosting OnEduMind.com. Tak ada hitungan untung rugi, kecuali keinginan membantu guru lain yang menemukan kendala di lapangan. Berbagi ilmu dengan guru-guru yang memang membutuhkan luasnya cakrawala pengetahuan.
Kini ada 8 guru bergabung mengelola website tersebut. Mereka ikhlas tidak mendapatkan bayaran. “Sesekali jika saya atau pengelola lainnya diundang jadi narasumber, dan dapat transport, kami biasa berbagi. Sekadar kaos untuk penyemangat kerja pun tidak mengapa,” katanya.
Website itu sendiri dibangun Wahyu sejak akhir 2020. Belajar secara ootodidak, Wahyu yang memang menyukai bidang teknologi, tanpa menemukan kendala berarti, mampu menampilkan halaman website dengan wajah yang menarik dan mudah diakses guru.
Kini Wahyu tidak harus merogoh kantong pribadi untuk mengelola website OnEduMind.com. Ia bisa mengandalkan honor-honor sebagai pembicara yang terkait komunitas dan pengalamannya memanfaatkan PMM.
“Hingga kini laman OnEduMind.com sudah diakses lebih dari 100 ribu guru, 92 persen pengguna berhasil lulus dalam pelatihan yang digelar komunitas dan 95 persen lainnya menyatakan tertarik untuk mengkuti kegiatan selanjutnya,” tandas Wahyu.
Menurut Wahyu, PMM adalah ide yang brilian dari seorang Mendikbudristek Nadiem Makarim. Melalui PMM, guru bisa belajar secara mandiri bagaimana implementasi Kurikulum Merdeka, bagaimana menghadapi anak didik, bagaimana melakukan pengembangan diri, bagaimana mengakses program pelatihan dan lainnya.
“PMM yang memiliki fitur Belajar, Mengajar dan Berkarya, menjadi platform edukasi yang benar-benar menjadi teman bagi para guru dalam menjalankan tugas kesehariannya pada era Kurikulum Merdeka,” tegas Wahyu.
Fitur Mengajar merupakan fitur perangkat ajar yang dapat digunakan oleh guru dan tenaga kependidikan dalam mengembangkan diri. Saat ini tersedia lebih dari 2000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka. Fitur asesmen murid yang dikembangkan untuk membantu guru dan tenaga kependidikan melakukan analisis diagnostik terkait kemampuan peserta didik dalam literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Platform Merdeka Mengajar memberikan kesempatan yang setara bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun guru berada.
Lalu Fitur Belajar menyediakan fasilitas pelatihan mandiri yang memberikan kesempatan kepada guru dan tenaga kependidikan untuk dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri.
Fitur lain dari Belajar adalah video inspirasi. Fitur ini memberikan kesempatan kepada guru dan tenaga kependidikan bisa mendapatkan beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas yang pada akhirnya adalah mengembangakn kualitas dari komptensinya dalam impelementasi kurikulum merdeka.
Terakhir adalah fitur Berkarya. Fitur ini memberikan “Bukti Karya Saya” yang merupakan best praktis dari hasil impelemnatsi pembelajaran terutama terkait best praktis pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, Guru dan tenaga kependidikan dapat membangun portofolio hasil karyanya agar dapat saling berbagi inspirasi dan berkolaborasi sehingga guru dapat maju bersama.
Pengembangan PMM diharapkan mampu menjadi partner guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka dengan semangat kolaborasi dan saling berbagi. Konten-konten yang dikembangkan oleh Kemendikbudristek memberikan pemahaman lebih saat implementasi dan pembelajaran di satuan Pendidikan yang telah ikut serta dalam implementasi Kurikulum Merdeka.