BANDUNG, MENARA62.COM – Gelombang dukungan untuk Reza Arfah maju di Pilwalkot Bandung semakin bertambah. Kali ini Reza Arfah menerima mandat untuk mengabdi kepada warga Bandung dari Pimpinan Wilayah (PW) ‘Aisyiyah Jawa Barat dan Pimpinan Daerah (PD) ‘Aisyiyah Kota Bandung.
Reza Arfah didampingi Ketua Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Kota Bandung dan Ketua Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Kota Cimahi menyambangi kantor PW ‘Aisyiyah Jawa Barat, Jumat (17/5/2024). Reza Arfah diterima oleh Ketua PW ‘Aisyiyah Jawa Barat Ia Kurniati, mantan Ketua PW ‘Aisyiyah Jawa Barat Mutia Umar hingga jajaran pengurus PD ‘Aisyiyah Bandung.
Reza Arfah, yang juga kini menjabat sebagai Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, mencatat pesan penting yang disampaikan berulang kali oleh Mutia Umar dan Ia Kurniati tentang perlunya kader muda Muhammadiyah aktif dalam politik praktis. Keduanya mendukung penuh Reza Arfah berkontestasi di Bandung dan siap mensosialisasikan secara masif sampai ke tingkat ranting.
“Jika kita lihat, begitu minim pemimpin eksekutif dari kalangan orang muda, terkhusus dalam pemerintahan daerah. Hal tersebut dikarenakan akses bagi orang muda terasa dibatasi, dan hanya didengarkan saja ide maupun gagasannya, tanpa diajak untuk berkontribusi nyata, bahkan tanpa direalisasikan sumbangsih pemikiran dan harapannya tersebut,” kata Reza Arfah.
“Sehingga, mengambil peran dalam eksekutif pemerintahan, bukanlah hal yang tidak mungkin diemban oleh orang muda. Karena secara konstitusi orang muda memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Sudah saatnya orang muda sadar bahwa mereka hanya diposisikan sebagai pasar dan alat politik untuk meraup suara saja,” sambung Reza Arfah.
Hal serupa juga disampaikan Mutia Umar selaku tokoh ‘Aisyiyah Jabar. Bagi Mutia, Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia kerap kali hanya dijadikan sasaran dan alat politik untuk meraup dukungan suara bagi kontestan pemilu atau pilkada semata. Karena itu, adanya kader muda Muhammadiyah yang akan ambil bagian di Pilwalkot Bandung kali ini menjadi momentum yang tepat dan harus didukung penuh oleh persyarikatan.
Tentang Nyaah ka Bandung
Reza Arfah maju mengusung gagasan Nyaah ka Bandung dalam pencalonannya sebagai Wali Kota Bandung. Nyaah dalam bahasa Sunda berarti cinta atau sayang yang merupakan fitrah alamiah manusia. Atas dasar ini pula, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang menciptakan alam semesta dan seluruh makhluk-Nya.
Bagi Reza, Kota Bandung merupakan kota indah nan romantis, banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa, seniman dan budayawan serta maestro dengan karya-karya tidak hanya skala lokal melainkan nasional, bahkan mendunia. Kota Bandung juga banyak memunculkan para pegiat industri kreatif dengan produk-produk berdaya beda serta tidak jarang menjadi trend setter nasional.
Dari berbagai capaian prestasi di atas, Kota Bandung juga memiliki kompleksitas tersendiri. Saat ini jumlah penduduk Kota Bandung mencapai 2,5 juta jiwa dan menjadi kota terpadat kedua setelah Jakarta. Hal tersebut beriringan dengan bermasalahnya pengelolaan lingkungan, di antaranya sampah, polusi udara dan kemacetan serta buruknya perencanaan tata ruang kota, semisal daerah resapan air kian habis dijadikan pemukiman dan tidak jarang merupakan pemukiman elite, sedangkan kemisikinan dan ketimpangan sosial merupakan hal menyedihkan dan juga hadir di kota ini. Di waktu yang sama berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Disebabkan permasalahan hukum yang dialami oleh beberapa pejabat Kota Bandung, hal tersebut membuat geram dan melunturkan optimisme masyarakat.
Reza yang lahir dan besar di Kota Bandung perlahan mulai memahami posisi penting serta dibutuhkannya sosok orang muda guna tampil dalam kontestasi Pilwalkot kali ini. Bagaimana tidak, sebagai orang muda tidak cukup sekedar menyuarakan keresahan dan kegelisahan saja, melainkan sudah saatnya mengambil peran. Guna menjadi bagian dalam penentu arah kebijakan dan pelaksana arah kebajikan bagi Kota Bandung.
Sebab, setiap persoalan yang terjadi, sebagaimana telah dijelaskan. Semua itu bukan disebabkan oleh kurang atau minimnya para ahli dan pakar di bidangnya masing-masing Melainkan ketiadaan integritas pemimpin beserta seluruh unsurnya dalam menyelesaikan dan membenahi setiap persoalan yang terjadi. Integritas inilah yang menjadi substansi sekaligus esensi dari gagasan Nyaah ka Bandung.
Mari manfaatkan peluang tersebut. Tidak ada lagi waktu. Sekarang atau tidak sama sekali. Bangkit atau terpuruk. Perbaikan atau teraniaya! (*)