JAKARTA, MENARA62.COM – Drama kolosal Pangeran Jayakarta dengan tajuk “Cahaya Islam di Bumi Betawi” persembahan Jakarta Islamic Center (JIC) DKI Jakarta berkolaborasi dengan Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta berhasil memikat ribuan penonton. Even yang digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Senin (30/6/2025) tersebut dalam rangka ikut memeriahkan peringatan Tahun Baru Islam dan Hari Ulang Tahun ke-498 Kota Jakarta.
Drama kolosal tersebut tak sekadar pertunjukan teater tetapi sekaligus menjadi ajang kolaborasi lintas lembaga, lintas usia, serta wahana edukasi sejarah dan dakwah kultural melalui seni pertunjukan.
Hadir dalam acara tersebut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, yang turut memberikan apresiasi atas kerja keras seluruh pihak yang terlibat.
Pertunjukan digarap dalam waktu singkat, hanya sekitar tiga minggu, dengan melibatkan lebih dari 150 orang pemain, yang terdiri dari pelajar Muhammadiyah, pemuda, hingga ibu-ibu dari Aisyiyah yang tergabung dalam LSB PWM DKI Jakarta. Acara ini mendapat dukungan penuh *sponsor) dari PT PAM Jaya.
Nurlina Rahman, selaku Wakil Ketua LSB PWM DKI Jakarta mengatakan bahwa persiapan pementasan teater Pangeran Jayakarta ini dilakukan dengan disiplin tinggi, bahkan oleh para pemain lanjut usia. “Latihannya disiplin, dari pagi jam 9 hingga sore hari di akhir pekan. Mereka tetap disiplin, karena ini bagian dari tanggung jawab, apalagi temanya tentang toko pahlawan, ini juga bagian dari siar dakwah lewat seni drama,” katanya pada Senin (30/06/25).

Menurut Nurlina, pementasan ini bukan hanya tentang kesenian, melainkan juga bentuk ibadah dan dakwah. “Seni membuat hidup jadi ‘berwarna’. Selain berkesenian, ini juga bagian dari ibadah. Ketika kita menyatakan siap bekerja sama, itu adalah bagian dari dakwah,” lanjutnya.
Ketua LSB PWM DKI Jakarta sekaligus sutradara pertunjukan, Prof. Imam Sulewardho Bumiayu, menerapkan metode improvisasi dalam latihan untuk menyesuaikan dengan waktu yang terbatas.
“Kalau saya membuat naskah, terus mereka (pemain peran) harus ngapalin, itu akan makan waktu lama. Saya kasih klunya saja, kasih benang merahnya. Jadi mereka tahu arah dan bisa cepat menangkap. Itu adalah namanya metode improvisasi. Nah metode itu sangat efektif untuk membuat pertunjukan-pertunjukan yang sifatnya waktunya sangat dekat,” jelasmya.
Ia menyampaikan bahwa pementasan ini juga membawa misi pelurusan sejarah terkait tokoh Pangeran Jayakarta. Menurut sang sutradara, masih banyak orang yang salah memahami lokasi makam sang pangeran.
“Ya saya akan memberikan gambaran bahwa Pangeran Jayakarta itu cerita yang sebenarnya. sementara orang mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta itu dimakamkan di Kauman, di Jati Negara Kauman. Padahal itu adalah anak dari Pangeran Jayakarta. Jayakarta sendiri yang saya pentaskan ini meninggal dan dimakamkan di Gunung Jati. Bersebelahan dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon,” ungkapnya.
Lebih dari sekadar hiburan, teater ini menyampaikan pesan penting tentang cinta tanah air dan menghargai perjuangan para pahlawan, khususnya kepada generasi muda. Prof. Imam Sulewardho Bumiayu sebagai ketua LSB PWM DKI menjadi sutradara dan juga penulis naskah teater Pangeran Jayakarta menyampaikan, rasa cinta generasi muda pada pejuang merupakan semangat untuk tidak meninggalkan sejarah.
“Harapannya pada anak-anak muda supaya mengapresiasi tentang perjuangan-perjuangan orang dulu, sejarah-sejarah orang dulu. Dari situ tumbuh rasa cinta, lalu menjadi semangat untuk memacu diri,” tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno saat membuka resmi pagelaran drama kolosal Pangeran Jayakarta “Cahaya Islam di Bumi Betawi” menyampaikan rasa bangga dan baahagianya terhadap kiprah para alim ulama dan kiai dalam drama kolosal tersebut. ”Saya bangga dan bahagia kalau para alim ulama, para kiai sudah main drama. Atas nama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saya ucapkan terima kasih,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Rano juga menyampaikan salam dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung yang berhalangan hadir malam ini. Diharapkannya, kegiatan ini akan terus berlanjut setiap tahunnya.
Rano berharap, ke depan, kegiatan seperti ini dibuat lebih megah dengan lokasi pertunjukan yang lebih besar, sehingga dapat menghibur warga Jakarta dan mengenalkan sejarah bangsa. “Mudah-mudahan kegiatannya ini bisa berlanjut tahun depan,” ucapnya.
Tahun kedua pementasan
Sementara itu, Wakil Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Center/JIC), Didi Supandi menjelaskan, kegiatan ini merupakan tahun kedua pelaksanaan. Menurutnya, kegiatan ini bagian dari syiar Islam mengenalkan para tokoh yang berperan berjuang mengusir penjajah.

“Saya berharap nilai dari cerita akan memperkuat semangat persatuan dan kesatuan membangun bangsa Indonesia, khususnya kota Jakarta. Pementasan Islam menyambut 1 Muharam ini memiliki nilai keselamatan. Sehingga kit bisa menjaga kebersamaan dan persatuan memajukan Indonesia khususnya Jakarta,” katanya.
Drama kolosal Pangeran Jayakarta mengisahkan perjuangan Pangeran Jayakarta, seorang pemimpin lokal yang tegas dan religius, dalam menyuarakan keadilan dan nilai-nilai Islam di Batavia (sekarang Jakarta) serta perlawanannya terhadap penjajah. Drama ini menyoroti peran pentingnya sebagai simbol perlawanan dan komitmen membangun bangsa dengan semangat keislaman.
Drama kolosal ini juga melibatkan Music Director H. Agus Suradika yang menambah kekayaan emosi dalam setiap adegan melalui komposisi musik bernuansa tradisional dan religius. Sementara itu, Ir. H. Sukri Karjono dipercaya sebagai Pimpinan Produksi, memastikan seluruh elemen pertunjukan berjalan dengan baik dan terorganisir.
Peran tokoh Fatahillah dimainkan oleh Prof. Bunyamin, yang juga merupakan salah satu pimpinan Baznas Bazis DKI Jakarta. Ikut juga para akademisi Jakarta diantaranya Edi Sukardi, Tadjuddin, Nurlina Rahman, Anita Damayanti, Lelly Qodariah dan lainnya.

