SOLO, MENARA62.COM – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mewujudkan desa tangguh bencana. Langkah tersebut merupakan tindak lanjut penandatanganan kerja sama bidang kebencanaan antara UMS dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah (Jateng) pada 29 September 2025 lalu.
Direktur Reputasi, Kemitraan, dan Urusan Internasional (DRKUI) UMS Nurgiyatna, S.T., M.Sc., Ph.D., mengatakan kerja sama tersebut akan diimplementasikan melalui sejumlah kegiatan. Antara lain kuliah kerja nyata, magang berdampak, serta riset yang berfokus pada penyelesaian persoalan kebencanaan di tingkat desa.
Program kerja sama tersebut, lanjut dia, akan membuka peluang program studi lintas disiplin di UMS untuk berkontribusi bagi masyarakat. “Kami optimis kontribusi UMS akan memberikan dampak nyata bagi penguatan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana,” jelas Nurgiyatna saat dihubungi pada Rabu (1/10).
Kasubdit Pengembangan Kemitraan Industri DRKUI UMS Sidiq Permono Nugroho, M.M., menekankan kerja sama ini akan segera ditindaklanjuti secara konkret. Dalam waktu dekat, UMS akan melakukan plotting unit-unit yang relevan dalam kerja sama tersebut.
“Baik program studi maupun pusat studi di UMS agar dapat berkontribusi sesuai kapasitas dan keahliannya. Dengan begitu, kerja sama ini tidak hanya berhenti di dokumen, tetapi benar-benar menghasilkan implementasi yang terukur,” tegasnya.
Sidiq menegaskan UMS terus berkomitmen untuk terus hadir sebagai mitra strategis pemerintah dan masyarakat dalam membangun desa tangguh bencana. Melalui riset, inovasi teknologi, dan pengabdian masyarakat, UMS siap memberikan kontribusi berkelanjutan demi terwujudnya masyarakat yang lebih siap, tangguh, dan sejahtera.
Kepala LLDIKTI Wilayah VI Prof. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd., mengapresiasi kerja sama tersebut. Ia menilai kerja sama tersebut sebagai strategi penting dalam mewujudkan perguruan tinggi yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.
“Kolaborasi ini sejalan dengan arah kebijakan Kampus Berdampak, di mana kampus tidak hanya menghasilkan lulusan, tetapi juga terlibat langsung dalam penyelesaian persoalan nyata, termasuk kebencanaan,” ungkapnya.
Aisyah menerangkan terdapat tiga nilai strategis kerja sama itu, yakni penguatan kapasitas mahasiswa dan masyarakat melalui pelatihan kebencanaan, dukungan riset berbasis data dan sains untuk rekomendasi penanggulangan bencana, dan pemberdayaan masyarakat agar siap menghadapi potensi bencana.
Kepala BPBD Jateng Bergas Catursasi Penanggungan menyebut kerja sama ini penting mengingat lebih dari separuh desa di Jateng masuk kategori bencana. Provinsi Jateng memiliki 8 ribu desa. Sebanyak 4.500 desa masuk kategori rawan bencana.
Sayangnya, baru 2 ribu desa yang memiliki sistem penanggulangan bencana. Ia mendorong akademisi untuk terlibat dalam membina desa yang siap menghadapi bencana.
“Kerja sama ini menjadi langkah konkret untuk mempercepat terwujudnya desa tangguh bencana. Akademisi memiliki peran strategis, mulai dari membantu pemetaan digital, edukasi mitigasi bencana, hingga pengembangan teknologi tepat guna yang bisa diterapkan langsung di desa,” jelasnya. (*)
