YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Seiring dengan pengembangan pilar ketiga Muhammadiyah (ekonomi) pasca Muktamar ke – 47 di Makassar – Sulawesi Selatan 2015, keberadaan Baitut Tamwil Muhammadiyah atau BTM dinilai telah membuktikan diri sebagai garda terdepan Persyarikatan di bidang lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang mampu tumbuh dan berkembang dalam membangun close loop economy. Dimana BTM selama ini menempatkan diri sebagai pusat keuangan Muhammadiyah dalam memberikan intermediasi keuangan kepada Persyarikatan, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) para anggotanya dan masyarakat. Bahkan keberadaan dari BTM telah mampu memberikan manfaat dan kontribusi besar pada gerakan dakwah Muhammadiyah di daerah – daerah.
Melihat strategisnya BTM, Ketua Induk BTM; Achmad Suud, diacara Muhammadiyah Microfinance Podcast yang diselenggarakan oleh TV MU Yogyakarta dengan tema: Peran BTM Dalam Sustainability Ekonomi Muhammadiyah, kemarin Senin (3/11/2025) di Yogyakarta, menegaskan, pentingnya adanya sosialisasi dan inspirasi tentang BTM tentang peran dan fungsinya dalam membangun ekonomi yang dijalankan selama ini. Seperti dalam memberikan pembiayaan kepada UMKM, pembiayaan di Amal Usaha Muhammadiyah dan program – program strategis seperti Makan Bergizi Geratis, perumahan, industri, otomotif dan distribusi logistik.
Kemudian terkait BTM dalam sutainability ekonomi Muhammadiyah, Suud menambahkan, selain BTM sebagai best practise dalam mengimplementasikan ekonomi syariah yang menangalkan ribawi, juga sebagai cermin dalam mengelola microfinance yang mengedepankan tingkat kesehatan dan menguntungkan dengan parameter tatakelola yang baik. Maka dari itu di pengelolaan BTM, Induk BTM selalu menekankan setiap wilayah atau Pimpinan Wilayah Muhammadiyah untuk mendirikan Pusat BTM atau sekunder BTM yang fungsinya seperti APEX Syariah atau payung yang mampu memayungi BTM Primer yang berada di daerah atau PDM. Dengan demikian sustainability peran BTM dalam pengembangan microfinance Muhammadiyah bisa berjalan dengan baik dan menjauhkan tsunami microfinance.
“Apalagi selama ini fungsi Pusat BTM sama persis dengan APEX Syariah dan lebih lengkap lagi, yaitu pengendali likuiditas, supervisi atau pengawasan, edukasi dan integrasi teknologi IT. Ditambah dengan arsitektur BTM adanya Primer BTM, Pusat BTM dan Induk BTM sangat jelas sekali sebuah sinergisitas dalam terwujudnya sustainability. Sehingga hal ini menjadikan banyak pihak, khususnya pemerintah mengapresiasi dan menjadikan BTM sebagai leading dalam APEX Syariah Microfinance di Tanah Air,”terang Suud.
Sementara narasumber dari Sharia Community Business Team Leader Danamon Syariah; Ganang Eka Kurniawan, mengungkapkan, Danamon Syariah sebagai salah satu bank syariah mitra Muhammadiyah mengagumi peran dan fungsi BTM tersebut. Sebagai sebuah mitra di Persyarikatan, Danamon Syariah membuka diri dalam menguatkan BTM dengan segala jaringannya untuk membangun kerjasama. Salah satunya adalah tentang penawaran produk haji dari Danamon Syariah yang disinergikan dengan BTM sehingga memberikan kemudahan dan perencanaan bagi warga Muhammadiyah dalam menjalankan Ibadah haji.
Kemiteraan Danamon Syariah di ekosistem Muhammadiyah sudah banyak dilakukan sebelumnya, seperti mencakup sinergi pemanfaatan data, penguatan sistem keuangan, hingga kolaborasi pendidikan literasi finansial. Hal yang sama sebelumnya dengan lembaga pendidikan di Muhammadiyah: Perguruan Tinggi Muhammadiyah/ Aisyiyah. Lazismu dalam aplikasi digital bernama memberi.id. Bahkan yang terbaru dengan Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPI PP Muhammadiyah) di program ekosistem digital Muhammadiyah SatuMu.
“Kami berharap kedepan bisa berkolaborasi dengan BTM sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki sustainability pengembangan ekonomi Muhammadiyah,”tandas Ganang.
