29.9 C
Jakarta

Frugal Innovation UMS Tembus Panggung Internasional QS Higher Education Summit 2025 di Seoul

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan kiprah di tingkat internasional. Dwi Linna Suswardany, S.K.M., M.P.H., dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) sekaligus Ketua Pusat Studi Penyakit Kronis UMS, menjadi salah satu pembicara dalam QS Higher Education Summit: Asia Pacific 2025 yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, pada 4-6 November 2025.

Dalam sesi bergengsi bertajuk Spotlight Sessions: Innovation, Dwi Linna atau akrab disapa Linna berbagi panggung dengan akademisi dari Amerika Serikat, Vietnam, dan Hong Kong, yakni Wendy Lin-Cook (Rensselaer Polytechnic Institute), David Chun (Montclair State University), Prof. Sunmee Choi (VinUniversity), dan Prof Cher Ping Lim (The Education University of Hong Kong).

Sesi ini menampilkan empat gagasan inovatif yang menyoroti peran pendidikan tinggi dalam menjawab tantangan global. Linna menyampaikan gagasannya yang bertajuk Frugal Innovation: From Financial Constraints to Universities with Impact (UMS).

Pesan dari almarhumah ibunya itu menjadi sumber inspirasi bagi Dwi Linna Suswardany ketika menghadapi kenyataan bahwa program Kelurahan Peduli Tuberkulosis di Panularan harus dijalankan sebagai upaya mendukung program pemerintah tanpa alokasi pendanaan khusus untuk program tersebut.

“Jika kamu hanya punya satu benih, tanamlah dengan bijak, karena satu benih itu bisa bermanfaat untuk satu kampung,” ungkap Linna mengingat pesan dari ibunya, Selasa (11/11).

Materi yang disampaikan dalam QS Higher Education Summit: Asia Pacific 2025 bukanlah hasil penelitian, melainkan hasil pengembangan inovasi sistemik berbasis design thinking dan system thinking. Inovasi ini menjawab keterbatasan sumber daya di sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat. Linna dan timnya menanam “benih” yang mereka miliki (anggaran praktik mahasiswa) untuk menumbuhkan model pembelajaran berbasis masyarakat yang berdaya guna.

“Kami tidak menambah anggaran baru, tetapi menata ulang anggaran praktik agar setiap rupiah dan jam belajar menghasilkan manfaat berlapis, bagi mahasiswa, masyarakat, dan institusi,” tuturnya.

Inovasi ini juga berfokus pada perubahan perilaku kader TBC, dengan mengadaptasi strategi komunikasi persuasif yang telah terbukti secara riset efektif dalam mendorong perubahan perilaku kesehatan yang ditargetkan.

Langkah sederhana itu membuahkan hasil nyata yang sejalan dengan mandat Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang tertera dalam MoU. Selama periode Juni-Juli 2025n, UMS mampu memenuhi 4 indikator utama Kelurahan Peduli TBC, termasuk meningkatkan branding Kelurahan Panularan Peduli TBC, pelatihan kader TBC, produksi media komunikasi persuasif, dan penguatan kolaborasi antara universitas, puskesmas, serta masyarakat.

Dari 26 universitas dan lembaga kesehatan yang diberi mandat oleh Dinkes Surakarta untuk mendampingi Kelurahan Peduli TBC, hanya sekitar 25 persen yang berhasil menyelenggarakan pelatihan kader. Lagi-lagi UMS menjadi satu-satunya yang mengintegrasikan kegiatan tersebut ke dalam kegiatan akademik melalui mata kuliah praktik Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan.

Inovasi yang bermula di Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Surakarta ini juga memberi kontribusi nyata pada agenda pembangunan global. Melalui pendekatan frugal innovation, program ini berkontribusi terhadap enam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yaitu SDG 3, SDG 4, SDG 9, SDG 10, SDG 1, dan SDG 17.

Linna menyebut kolaborasi ini tidak akan terwujud tanpa sinergi yang erat antara tim UMS dan para mitra di lapangan terutama Ibu Windhasari, Koordinator TBC Puskesmas Penumping Surakarta; Ibu Menik, Koordinator Kader TBC Kelurahan Panularan; serta Bapak Warsidi, Lurah Kelurahan Panularan. Bagi Linna, mereka aktor yang sangat mendukung kegiatan ini dan bersama-sama memastikan setiap langkah di lapangan terarah, terukur, dan berdampak bagi masyarakat.

“Model ini mengajarkan bahwa inovasi tidak lahir dari kelimpahan, tetapi dari keterbatasan yang diolah dengan kolaborasi dan empati,” jelas Linna.

Keikutsertaan Dwi Linna Suswardany di QS HES 2025 didanai oleh Quacquarelli Symonds (QS) dan International Office UMS, sebagai bagian dari strategi internasionalisasi kampus untuk memperkuat reputasi akademik dan kontribusi globalnya.

Menutup presentasinya, Linna menyampaikan refleksi yang menggugah. Menurutnya, benih yang UMS tanam di Surakarta bahwa satu langkah kecil, jika dilakukan dengan bijak dan kolaboratif, dapat menumbuhkan nilai, harapan, dan perubahan nyata bagi banyak kehidupan.

“Bayangkan jika di seluruh Asia-Pasifik, keterbatasan tidak lagi menjadi penghalang, melainkan pemantik inovasi. Betapa besar dampak yang bisa kita ciptakan bersama-sama,” pungkasnya.

Keberhasilan Frugal Innovation Model ini sejalan dengan visi kepemimpinan Rektor UMS Prof. Harun Joko Prayitno, yang menegaskan transformasi UMS sebagai Kampus Berdampak, yaitu perguruan tinggi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memberi solusi nyata bagi masyarakat. Di bawah arahannya, UMS menanamkan nilai-nilai baru dalam tata kelola kampus: modernisasi sistem, integrasi layanan, penguatan SDM, serta perluasan jejaring kolaborasi global.

Wakil Rektor I UMS, Prof. Ihwan Susila, Ph.D yang turut hadir dalam forum QS HES 2025, menegaskan bahwa inisiatif seperti yang dilakukan Linna mencerminkan arah baru UMS.

“Frugal innovation bukan sekadar strategi bertahan di tengah keterbatasan, tetapi cerminan dari keberanian universitas untuk mendesain sistem pembelajaran yang relevan, kolaboratif, dan berdampak,” ujar Ihwan. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!