YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah menegaskan komitmennya memperkuat peran strategis perempuan dalam merespons krisis iklim dan kebencanaan yang semakin kompleks. Komitmen tersebut ditegaskan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) LLHPB PP ‘Aisyiyah yang digelar pada 20–21 Desember 2025 di Yogyakarta.
Rapim ini menjadi momentum konsolidasi nasional bagi pimpinan LLHPB PP ‘Aisyiyah untuk meninjau capaian program sekaligus merumuskan respons strategis atas meningkatnya risiko bencana di berbagai wilayah Indonesia.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Prof. Masyitoh Chusnan, menekankan bahwa seluruh gerak organisasi harus dilandaskan pada niat yang lurus sebagai bagian dari Gerakan Perempuan Islam Berkemajuan. Menurutnya, kerja-kerja kebencanaan tidak dapat dipisahkan dari nilai keimanan dan dakwah.
“Setiap langkah pengabdian, termasuk saat mendampingi masyarakat terdampak bencana, adalah bagian dari ibadah dan dakwah,” ujar Prof. Masyitoh.
Ia menegaskan, ‘Aisyiyah memiliki tanggung jawab sejarah untuk terus menjadi harakatut taghyir (gerakan perubahan) dan harakatut tajdid (gerakan pembaruan) yang adaptif terhadap tantangan zaman. Prof. Masyitoh berharap Rapim ini mampu menajamkan arah dan program kerja LLHPB yang fokus, berkualitas, dan berdampak nyata sebagai bagian dari konsolidasi menuju Muktamar ‘Aisyiyah 2027.
Sementara itu, Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, Rahmawati Husein, menegaskan bahwa krisis lingkungan dan kebencanaan merupakan dua persoalan yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
“Bencana hari ini menunjukkan betapa tipisnya batas antara persoalan lingkungan dan kebencanaan. Kerusakan ekologis yang berlangsung panjang telah memperparah dampak bencana dan menuntut respon jangka panjang,” jelasnya.
Rahmawati menyampaikan bahwa LLHPB ‘Aisyiyah menjalankan respon kebencanaan secara terkoordinasi melalui skema One Muhammadiyah One Response (OMOR), dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai pintu koordinasi. Skema ini memungkinkan seluruh unsur Muhammadiyah, termasuk ‘Aisyiyah, bergerak efektif sesuai peran dan kapasitas masing-masing.
Dalam praktiknya, respon LLHPB ‘Aisyiyah di wilayah terdampak seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Bentuk dukungan meliputi pendampingan psikososial, perlindungan perempuan dan anak, hingga pemulihan berbasis komunitas.
“Perempuan bukan hanya kelompok yang paling terdampak, tetapi juga aktor penting dalam respon dan pemulihan pascabencana,” tegas Rahmawati.
Selain membahas respon bencana, Rapim LLHPB PP ‘Aisyiyah juga menyoroti penguatan kesiapsiagaan dan pemetaan wilayah rawan bencana, termasuk antisipasi potensi siklon hingga Maret–April 2026. Forum ini sekaligus mengevaluasi penuntasan program prioritas sebagai wujud komitmen menjalankan putusan Muktamar.
Rapim ini juga menjadi bagian dari persiapan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) LLHPB ‘Aisyiyah Wilayah se-Indonesia. Ke depan, program prioritas tahun 2026 akan diarahkan pada pengintegrasian isu lingkungan hidup dan kebencanaan ke dalam konsep Keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah ‘Aisyiyah, penguatan kerja sama strategis di bidang energi, serta peningkatan kapasitas kelembagaan.
Agenda penguatan kapasitas tersebut mencakup pelatihan penulisan proposal dan berita, pengelolaan media sosial, pelaksanaan Ngaji Lingkungan dalam rangka Green Ramadan dan Green Idulfitri, Ngaji Pengurangan Risiko Bencana (PRB) pada Hari Kesiapsiagaan Bencana, serta penyelesaian modul Satuan Pendidikan Aman Bencana untuk TK ‘Aisyiyah.
Melalui Rapim ini, LLHPB PP ‘Aisyiyah menegaskan posisinya sebagai garda depan gerakan perempuan dalam menghadapi krisis iklim dan kebencanaan secara berkelanjutan, berkeadilan, dan berbasis komunitas. (*)


