30.4 C
Jakarta

Pendidikan Karakter Hadapi Tantangan Baru

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Komaruddin Hidayat menilai pendidikan karakter saat ini menjadi persoalan yang sangat krusial. Orangtua dan sekolah dihadapkan pada problem dan variabel baru yang tak mampu mengontrolnya.

“Dahulu pertumbuhan anak hanya dipengaruhi oleh orangtua, lingkungan terdekat dan sekolah. Budaya yang membentuknya bersifat solid dan homogen sehingga anak mudah diarahkan,” kata Komaruddin di sela FGD Strategi Kebudayaan Kontekstual dalam Pembangunan Karakter Bangsa seri ke-4 yang digelar Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD), Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI), dan Yayasan Suluh Nusantara Bhakti (YSNB), belum lama ini.

Tetapi sekarang, masyarakat diserbu simbol-simbol dan iklan-iklan yang bersifat mengaburkan realitas. Bahkan simbol-simbol itu telah dipercaya menjadi realitas yang sesungguhnya.

“Dampaknya, mendidik anak menjadi tidak mudah, termasuk pendidikan karakter tentunya,” lanjut Komaruddin.

Ia mengutip pendapat Bauldrilard, filosof Perancis yang mengatakan bahwa harga diri seseorang saat ini dinilai dari apa yang dikonsumsi, bukan kekayaannya atau keilmuannya.  Orang membangun identitasnya bukan bergerak ke dalam membangun karakter dan perenungan untuk membentuk pribadi yang otentik. Tetapi bergerak keluar mengikuti logika dan selera pasar.

Maka yang terjadi kemudian, orang tidak bisa berpisah dengan telepon selulernya meski hanya sehari. Sebab telepon seluler menjadi media bagi seseorang untuk selalu mengikuti dunia luar.

Komaruddin juga mengingatkan bahwa media sosial saat ini berkembang sangat agresif. Ruang pribadi dan privat dengan mudah terekspos ke ruang publik. Pun sebaliknya hal-hal yang berada dirunag publik digeser oleh agenda dan pikiran pribadi serta komunal, salah satunya komunalisme keagamaan.

Karena itu, Komaruddin menilai perlunya pilar pendidikan diformulasi ulang. Sebab jika tidak, dikhawatirkan banyak hal yang saling bertentangan justeru saling berhadapan. Misalnya antara pendidik dengan pengedar narkoba, antara tukang obat nyamuk dengan peternak nyamuk.

Sementara itu Ananto Kusuma Seta, Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud mengatakan penguatan pendidikan karakter ke depan sangat penting. Karena pendidikan karakter terkait dengan pembentukan kompetensi dan penguatan literasi untuk mengembangkan kecakapan abad 21.

Menurutnya, guru menjadi kunci utama suksesnya pendidikan karakter. Karena itu guru harus kreatif dan mampu menghadirkan pembelajaran yang beragam, menyenangkan dan menggairahkan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan yang dibutuhkan siswa.

Anggota Dewan Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa (YJDB) Gede Raka, menyatakan, pendidikan adalah alat yang penting dalam membangun karakter. Sehingga, sistem pendidikan karakter perlu menyesuaikan dengan konteks sosial, budaya, sejarah, dan lingkungan lokal agar implementasinya tepat sasaran.

Dan untuk memperbaiki pendidikan karakter di sekolah, peran guru, dan pemimpin lembaga pendidikan sangat penting dan bahkan sentral.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!