28.8 C
Jakarta

Tanpa Langkah Luar Biasa, Sulit Tekan Angka Stunting di Indonesia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pakar gizi Prof Fasli Jalal mengingatkan, kondisi stunting di Indonesia yang saat ini dialami sekitar sembilan juta orang anak Indonesia, tidak akan turun jika tidak ada langkah yang luar biasa untuk melawan stunting. Ia pun mengingatkan tentang janji pemerintah yang mengatakan bahwa tidak ada alasan keterbatasan dana, untuk pemenuhan gizi masyarakat.

“Dalam laporan Global Nutrition Report 2017 sudah diingatkan, bahwa sepertinya upaya yang sudah dilakukan di banyak negara, termasuk di Indonesia selama ini, tidak banyak pengaruhnya untuk menekan masalah gizi. Masalah gizi ini baik stunting, kelebihan berat badan maupun anemia,” ujarnya dalam taklimat media yang dilakukan di Jakarta, Selasa (21/11/2017).

Fasli mengungkapkan, data Global Nutrition Report 2017 juga memuat tentang biaya yang disiapkan pemerintah Indonesia untuk menangani gizi ini baru 2,5 persen dari pengeluaran, padahal kebutuhannya sekitar 14 persen. “Jadi masih banyak kurangnya dari kebutuhan,” ujarnya.

Di Indonesia, menurut Fasli, baru tahun depan akan ada upaya lebih besar yang akan dilakukan untuk mencegah stunting di 100 kabupaten/kota prioritas. “Tahun ini baru dilakukan di delapan kabupaten sebagai piloting, untuk melihat bagaimana kondisi yang sesungguhnya di lapangan, apa yang diperlukan dan upaya-upaya lainnya,” ujarnya.

Karena itulah, menurut Fasli, pemerintah dan semua lapisan masyarakat perlu menyiapkan langkah yang serius untuk mengatasi masalah nutrisi ini. Agar, generasi yang baru lahir atau akan lahir tahun ini dan tahun depan, pada saat mencapai usia produktif akan maksimal kemampuan fisik, otak dan psikologinya.

“Kita harus meninggalkan generasi yang kuat, agar mereka termasuk dalam kelompok produktif dan bukan tergantung pada saat Indonesia mengalami bonus demografi,” ujar Fasli.

Perhatikan asupan

Secara lebih rinci, Fasli mengungkapkan, ada tiga hal yang perlu dijaga pada saat konsumsi, yaitu garam, gula dan lemah. Menurutnya, idealnya konsumsi garam tidak lebih dari dua gram per hari. “Sakarang, di Indonesia rata-rata mengkonsumsi empat gram per hari, jadi dua kali lipat dari angka ideal. Karena itu, masalah hipertensi menjadi tantangan cukup besar. Penduduk kita banyak yang menderita itu,” ujarnya.

Begitu juga asupan gizi, menurut Fasli, gizi yang seimbang perlu diperhatikan. Apalagi, sebetulnya tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk kekurangan gizi. “Pemerintah sudah menyediakan vitamin A yang tersedia gratis di puskesmas, jaminan kesehatan yang dibutuhkan saat sakit, dan jaminan pendidikan untuk memastikan masyarakat mendapatkan akses pendidikan,” ujarnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!