31 C
Jakarta

Lembaga Pendidikan Islam Hadir Untuk Penuhi Tuntutan Pendidikan Bermutu dan Berbasis Qur’an

Baca Juga:

SURAKARTA, MENARA62.COM — Jatmiko, Wakil Kepala Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah, bidang humas menyatakan, di era digitalisasi dan informasi ini, lembaga pendidikan Islam lahir dengan berorientasi pada kualitas dan berbasis al Quran. Kehadiran lembaga pendidikan seperti ini di tengah umat yang sadar akan pentingnya pendidikan Islam berbasis Qur’an dan bermutu, amat dirasakan manfaatnya bagi umat.

“Salah satu jaminan kualitas lulusan mereka pada wali murid adalah kemampuan membaca Al Qur’an dengan tartil setiap anak. Itu sebabnya, peneguhan takhasus al Qur’an di era digital, perlu sinergi baik keluarga, sekolah dan masyarakat serta berbagai pihak-pihak yang berkepentingan seperti dinas maupun persyarikatan,” kata Jatmiko, Rabu (22/11/2017), saat berbicara dalam sarasehan dan peluncuran pengembangan program bustanul Qur’an dan pengelolaan asrama/ma’had di sekolah, madrasah dan panti asuhan Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) di aula Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta.

Menurut Jatmiko, guru yang baik bagaikan petani. Mereka menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara bibit penerus anak bangsa, menyirami mereka dengan ilmu, dan memupuk jiwa dan hati mereka dengan karakter yang luhur. “Guru yang ikhlas adalah petani yang mencetak peradaban yang berkemajuan terarah, terukur dan berkesinambungan,” ujarnya.

Seorang pendidik atau mu’allim alangkah indahnya mengetahui Perkembangan Manusia dan Teknologi.”Kita kenal generasi X-Y-Z, generasi baby boomers (1950-1960), generasi X (1960–1980), generasi Y (1980-2000), generasi Z (2000 -…) generasi milenial, seperti apa mereka?

Sifat generasi milineal di antaranya mencari pengalaman, menghabiskan dana banyak untuk berlibur. “Ceklist media sosial facebook dan instagram penuh foto liburan, makan di luar, mudah bosan, banyak teman di dunia maya, berkomunikasi melalui whatsapp, facebook, twitter, wechat, game on line,” ujarnya.

Jatmiko mengingatkan,dunia anak adalah dunia melihat dan mendengar. Jadi, berikan contoh atau teladan. Salah satu kesalahan manusia ketika berinteraksi dengan al Qur’an dengan cara yang disukai, bukan cara al Qur’an yang suka. “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. QS. Al A’raaf [7] : 204,” ujarnya.

Untuk pemateri sarasehan sesi awal ini , panitia mendatangkan tiga pembicara yaitu  Kepala SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tri Ismu Husnan Purwono SH MM, Kepala SD Muhammadiyah Pakel dan guru al Islam dan Kemuhammadiyahan “The Future Generation Of Islamic School” SD Muhmmadiyah 1, Dwi Jatmiko SPdI.

Tri Ismu mengatakan, model pengembangan al Qur’an di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang menyatakan bahwa perhatian pada al Qur’an  menjadi dasar atau pondasi, solusinya guru tenaga kependidikan harus bisa membaca dan menghafal al Qur’an. Kompetensi ini perlu dihargai dengan sertifikat sebagai bukti kalau sudah kompeten.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!