JAKARTA, MENARA62.COM — Apa yang kita ingat ketika mendengar nama Koes Plus? Lirik syahdu “Manis dan Sayang?” atau “Kolam Susu” yang sudah dihafal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Barangkali itu segelintir ingatan ketika ditanya tentang salah satu band legendaris Indonesia yang lagu-lagunya tetap didengarkan dan dinikmati sampai saat ini. Namun, kini salah seorang musisi band legendaris tersebut telah pergi meninggalkan kita, meninggalkan lagu-lagu sederhana yang akan terus kita dengar dan nikmati. Yon Koeswoyo. Ia telah pergi Jumat kemarin, (5/1/2018). Ia pergi pada usia ke-77.
Yon Koeswoyo telah banyak meninggalkan kesan bagi pencinta musik Indonesia dari berbagai kalangan. Mulai dari orang tua bahkan anak-anak pun senang mendengarkan lagu-lagu Yon lewat Koes Plusnya.
Yon adalah satu dari tiga sampai empat nama lainnya yang disebut sebagai pemusik yang karya-karyanya melemahkan jiwa revolusi. Yon-lah bagian dari grup yang dianggap sebagai titisan “The Beatles” di Tanah Air. Yon pula, bersama tiga saudaranya, yang sempat dijebloskan ke hotel prodeo karena mengusung musik “ngak-ngek-ngok”. Melamunkannya hari ini, sulit dipahami bahwa kelompok band yang lirik-lirik lagunya bisa dibilang bersih dari politik justru pernah dianggap sebagai antek nekolim, musuh penguasa.
Ada sisi lain yang terlupakan dari Koes Plus. Pada era sekarang, ketika blantika musik dianggap krisis lagu anak-anak, kita terkenang pada satu keistimewaan Koes Plus. Sampai saat ini, belum ada satu band pun di negeri ini yang pernah membuat album khusus unutk anak-anak. Koes Pluslah yang punya album tersebut.
Koes Plus, kelompok musik orang dewasa yang masih menyempatkan diri membuat album khusus untuk anak-anak, bahkan sampai beberapa volume. Judul kasetnya adalah Pop Anak-Anak. Isinya adalah sejumlah lagu semisal “Kupu-kupu, Pok Ami-Ami, Kereta Api, Ke Sekolah, dan Tri Lila Lili”. Walau dibuat khusus bagi anak-anak, aransemen musik kaset yang dikeluarkan Remaco Records itu tetap lengkap dan khas ala Koes Plus.
Entah sudah berapa banyak lagu-lagu Koes Plus yang diracik ulang oleh musisi-musisi saat ini. Serunya, walau cover version, popularitas sebagian di antaranya tidak kalah bahkan melampaui versi aslinya. Tapi sepanjang ingatan berjalan, sepertinya tidak ada cover version khusus untuk lagu anak-anak Koes Plus.
Pada momen kepergian Yon Koeswoyo, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) tidak hanya ingin bernostalgia. LPAI mengajak seluruh pencipta lagu, penyanyi, penata musik, dan produser musik untuk menemukan kembali inspirasi yang pernah Koes Plus persembahkan kepada anak-anak Indonesia. Inspirasi berupa keterpanggilan hati untuk menceriakan hati dan memperkaya perbendaharaan kata anak-anak dengan semantik yang santun, sukaria, sepantaran dengan usia mereka.
LPAI percaya, karya yang tercurah dari hati akan hidup lestari. Lagu anak-anak Koes Plus, dengan Yon sebagai vokalis utamanya, adalah buktinya. Lagu “Pok Ami-Ami” diciptakan puluhan tahun silam. Namun, kegembiraannya melintasi generasi dan akan terus menjadi nyanyian tatkala kita menimang anak, cucu, cicit hingga bermasa-masa mendatang.
Ketulusan kita untuk menciptakan nyanyian anak-anak, insyaallah, akan turut menjadi sumbangsih nyata bagi perlindungan anak di Tanah Air. Bahwa perlindungan anak tidak melulu bicara tentang kebiri, perang terhadap pedofil, kampanye anti-LGBT, perekrutan kader teroris cilik, dan serbaneka narasi menegangkan lainnya. Tapi juga tentang bagaimana merayakan kehidupan anak-anak dengan pernak-pernik yang benar-benar setara dengan umur mereka.
Itulah kepedulian pada anak yang terwakili oleh lirik “Pok Ami-Ami”: “Adik manis, kakak sayang padamu, kakak tetap menjaga dirimu.” (H/S).