JAKARTA, MENARA62.COM – Gerakan menyelamatkan lingkungan bisa dilakukan dari hal yang kecil dan sepele. Misalnya tidak menggunakan sedotan plastik saat minum.
Inilah yang dilakukan oleh restoran cepat saji McDonald’s. Melalui gerainya yang berjumlah 189 gerai di seluruh Indonesia, restoran tersebut menginisiasi gerakan #Mulaitanpasedotan. Gerakan ini intinya adalah McDonald’s tidak lagi menyediakan dispenser sedotan plastik di setiap restoran.
“Jadi pelanggan tidak lagi bisa mengambil sedotan plastik. Karena kami tidak lagi menyediakan terhitung tanggal 12 November ini,” kata SutjiLantyka, Associate Director of Communications McDonald’s Indonesia, Senin (12/11).
Bagi pelanggan yang memang terpaksa harus menggunakan sedotan plastik, harus menuju konter khusus yang disediakan McDonald’s. Dan permintaan sedotan plastik ini pun sangat dibatasi.
Gerakan #Mulaitanpasedotan lanjut Sutji, merupakan langkah awal McDonald’s Indonesia menuju perubahan besar di masa depan. McDonald’s berkomitmen untuk terus mencari solusi yang lebih ramah lingkungan untuk semua kemasan produk dan membantu membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai masalah lingkungan yang berdampak pada Indonesia dan dunia.
McDonald’s Indonesia akan terus menggunakan lebih banyak bahan ramah lingkungan untuk kemasan yang digunakan di seluruh gerainya, demi meminimalkan penggunaan dan limbah plastik. McDonald’s juga terus berkomitmen untuk mengambil bagian dalam mencari solusi berkelanjutan untuk sedotan dalam skala global.
Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia mengapresiasi dan mendukung inisiatif McDonald’s untuk mengurangi sampah plastik melalui gerakan tanpa sedotan. Gerakan yang sekilas hanya sepele dan kecil tersebut pada akhirnya akan berkontribusi besar pada gerakan nasional untuk mengurangi sampah plastik.
Novrizal mengakui saat ini Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik yang sangat besar di dunia. Dalam sehari, rata-rata sampah plastik yang dihasilkan mencapai 93 juta ton.
“Laut kita sudah darurat sampah plastik. Berbagai kasus matinya ikan dan mahluk hidup di laut adalah salah satu dampak bahaya sampah plastik,” jelasnya.
Gerakan mengurangi sampah plastik diakui Novrizal harus melibatkan masyarakat sebagai konsumen dan produsen. Kedua belah pihak harus bersama-sama menyadari pentingnya mengurangi sampah plastik.
Data BPS menyebutkan hanya sekitar 18 persen saja penduduk Indonesia yang peduli dengan sampah plastik. Data juga menunjukkan terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam hal penggunaan plastik dalam aktivitas sehari hari dari 9 persen menjadi 17 persen.