JAKARTA, MENARA62.COM– Korban tewas akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 492 orang. Jumlah tersebut kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho adalah hasil pendataan hingga Selasa siang (25/12) pukul 13.00 WIB.
“Total ada 429 orang meninggal dunia pada peristiwa tsunami Selat Sunda. Jumlah tersebut kemungkinan bisa bertambah, karena proses pencarian korban masih terus berlangsung,ā jelas Sutopo dalam konferensi pers, Selasa (25/12).
Korban tewas tsunami Selat Sunda tersebut terbanyak ditemukan di daerah Pandeglang Banten. Ini adalah wilayah paling parah dihantam obat stunami Selat Sunda yang terjadi Sabtu malam (22/12) pukul 21:30 WIB.
Selain korban tewas, BNPB juga mencatat hingga hari ketiga pasca tsunami Selat Sunda, sebanyak 1.485 orang luka-luka, 154 hilang dan 16.082 orang mengungsi.
Baca juga: BPPT Akan Teliti Penyebab Tsunami Selat Sunda
BencanaĀ tsunami Selat Sunda tersebut berdampak pada lima kabupaten yaitu Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus Provinsi Lampung.
Dari lima kabupaten tersebut, dampak tsunami Selat Sunda terparah dialami Kabupaten Pandeglang tercatat 290 orang meninggal, 1,143 orang luka-luka, 77 hilang dan 14.395 mengungsi.
Lalu di Kabupaten Lampung Selatan dimana korban jiwa akibat tsunami Selat Sunda tersebut mencapai 108 orang meninggal, 279 orang mengalami luka-luka, 9 orang dinyatakan hilang dan 1.373 orang lainnya mengungsi.
Sementara di Kabupaten Serang tercatat 29 orang meninggal dunia, 62 orang mengalami luka-luka, 68 orang dinyatakan hilang dan 83 orang lainnya mengungsi. Di Pesawaran tercatat satu korban jiwa meninggal dunia, satu orang mengalami luka-luka dan 231 orang lainnya mengungsi. Sedangkan di Kabupaten Tanggamus, Lampung terdata satu orang meninggal dunia.
Baca juga: Jenazah Korban Tsunami Mulai Membusuk di RSUD Berkah
Untuk itu masa tanggap darurat bencana tsunami Selat Sunda diberlakukan berbeda-beda pada masing-masing daerah terdampak. Tanggap darurat selama 14 hari untuk Kabupaten Pandeglang yaitu sejak 22 Desember 2018 hingga 4 Januari 2019. Sementara untuk Lampung Selatan masa tanggap darurat tsunami Selat Sunda selama tujuh hari sejak 23 hingga 29 Desember 2018.
“Tetapi masa tanggap darurat tsunami Selat Sunda ini nanti bisa diperpanjang disesuaikan kondisi lapangan. Jadi akan kita pantau terus,” tambah Sutopo.
Korban tewas tsunami Selat Sunda itu sendiri sebagian sudah dibawa pulang kerabatnya untuk dikuburkan. Tetapi sebagian lagi masih berada di RSUD Berkah Pandeglang. Kondisi jenazah tsunami Selat Sunda saat ini sudah mulai membusuk akibat RSUD Berkah tidak memiliki lemari pendingin mayat dalam kapasitas yang cukup. Jenazah tersebut sudah menumpuk sejak Minggu siang (23/12).
Baca juga: Menkes Ingatkan Warga Terdampak Tsunami Perhatikan Kesehatan
Diharapkan Kementerian Kesehatan mengirimkan bantuan lemari pendingin mayat untuk menyimpan korban tewas tsunami Selat Sunda sambil menunggu proses identifikasi dilakukan.
Jika dalam sepekan jenazah korban tsunami Selat Sunda belum diambil keluarganya atau belum terindentifikasi maka pemerintah daerah memutuskan untuk menguburkan secara massal untuk menjaga kesehatan lingkungan. Penguburan massal jenazah tsunami Selat Sunda akan dilakukan setelah diambil gambarnya.
Sutopo sendiri mengatakan bahwa bencana tsunami Selat Sunda tersebut, ditetapkan sebagai bencana kabupaten. Alasannya, Ā karena pemerintah daerah masih sanggup menangani bencana tsunami tersebut tentunya dengan didampingi oleh pemerintah pusat.
āMasih bisa ditangani oleh daerah. Tetapi pemerintah pusat tetap memberikan bantuan dan pendampingan,ā tutup Sutopo.