24.6 C
Jakarta

Keluarga Besar SD Muhamamdiyah 1 Ketelan Adakan Syawalan dan Halalbihalal

Baca Juga:

SOLO, MENARA62.COM — Keluarga Besar SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta mengadakan kegiatan syawalan dan halalbihalal berlangsung di sekolah setempat, Sabtu (22/6/2019).

Acara ini dihadiri oleh 200 tamu undangan dan juga diisi dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Baruno Nasution, S.Pd.I., serta tim Musik Yuliarto Wiku Prabowo, S.E.

Tampak hadir Pimpinan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Solo Drs. H. Harminto, Drs. H. Muchsin al Rasyid, tokoh masyarakat H. Dedy Purnomo, S.S. S.H. M.H., dan Kepala Sekolah Sri Sayekti, S.Pd. M.Pd.

Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko mengatakan, para undangan berasal dari Purna Tugas, Suami Istri Anak Guru Karyawan, Driver, Tenaga Lepas Kantin Sehat, Komite Sekolah dan Pengawas Gugus II Koordinator Wilayah III Banjarsari, Drs. H. Mulayanto, M.Pd.

“Momentum silaturahmi, syawalan dan halalbihalal, semoga dapat menjadi perekat kebersamaan antar warga sekolah, sinergi antar dan antara semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah atau Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Tidak ada sekat di antara kita, Lebur dalam Halal Bihalal ini. Semoga mampu saling memaafkan dan berjuang bersama memberikan layanan kualitas pendidikan yang diminati masyarakat dan berkemajuan di era industri 4.0, Dengan keteladanan, kita akan jadi guru yang dikenang sepanjang masa,” ungkapnya.

Selaku penceramah dalam kegiatan, mengangkat tema “Perkuat Kebersamaan Raih Keberkahan Syawal” ini adalah Abdul Hakam Faruq, S.H.I. M.Ag., Komisi Dakwah MUI Surakarta.

Dalam tausyiahnya, ia menyampaikan Idulfitri: Refleksi Kembali Kehadirat-Nya dan Makna Subtansial Halalbihalal.

Seperti kata “Lebaran”. Konon, kata yang dipakai untuk hari raya Idulfitri ini berakar dari kata “jembar/lebar” artinya lapang.

Maknanya, saat hari raya Idulfitri hati kita harus lapang untuk memberi maaf pada orang yang sudah berbuat kesalahan bagi kita.

“Katakanlah halalbihalal itu merupakan hakikat idulfitri, sehingga semakin banyak dan seringnya kita mengulurkan tangan dan melapangkan dada, dan semakin parah luka hati yang kemudian diobati dengan saling memaafkan, maka semakin dalam pula penghayatan dan pengamalan terhadap hakikat halalbihalal,” jelas Ustaz Hakam, yang juga Funsionaris Majelis Tablig Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo.

Bentuknya memang khas Indonesia, namun pada kenyataanya adalah hakikat ajaran Islam yang subtansial; taqabbalaallahu minna waminkum minal ‘aidin wal faizin kulla ‘amin wa antum bikhair, mohon maaf lahir dan batin.

Kegiatan diakhiri menjelang ibadah salat Zuhur. Selanjutnya, acara ditutup dengan ramah tamah dan berjabat tangan sebagai wujud saling memaafkan.

“Semoga kita semua menjadi lebih baik, baik secara pribadi maupun secara institusi,” pungkas Jatmiko.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!