LAMPUNG, MENARA62.COM–Keuangan mikro merupakan solusi bagi masyarakat dalam mengakses permodalan ketika lembaga perbankan “pelit” dalam menyalurkan pembiayaan. Inilah yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Lampung dan mengapa mereka harus mendirikan lembaga micro finance bernama Baitut Tanwil Muhammadiyah (BTM). Dengan micro finance berbasis koperasi syariah, Ketua Pusat Koperasi Syariah (Puskopsyah) BTM Lampung Yuke Derli, dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) kemarin Sabtu (18/3) menegaskan, agar BTM Lampung menjadi jangkar atau APEX dari keuangan mikro di provinsi ujung selatan pulau Sumatra tersebut.
Menjadi jangkar keuangan mikro untuk saat ini tidak semudah dibayangkan, apalagi, lanjut Yuke, melihat potret dan dinamika pada tahun 2017 ketika terjadi penurunan nilai suku bunga, kebijakan single digit, dana desa dan masuknya global finance menjadikan tantangan tersendiri bagi pelaku keuangan mikro. Maka konsolidasi antarBTM, penguatan sumber daya insani dan teknologi IT adalah sebuah keniscayaan. “Maka strategi menjadi jangkar micro finance adalah pilihan strategis,” ucapnya.
Sementara pada kesempatan yang sama, Ketua Induk BTM, Achmad Suud dalam sambutannya mengatakan untuk menjadi jangkar bagi lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di Lampung, dia menyarankan agar BTM memantapkan fungsinya, pertama sebagai pengendali likuiditas, kedua sebagai lembaga supervisi, dan ketiga sebagai lembaga edukasi. Bila ketiga fungsi tersebut berjalan maksimal, peran BTM sebagai keuangan mikro nasional akan diperhitungkan.
Diakui oleh Achmad Suud, peran dari BTM sudah banyak dirasakan manfaatnya oleh para anggota dan sudah banyak membantu dalam aktifitas kewirausahaan. Hal ini mendorong sinergisitas lembaga keuangan lain seperti bank syariah, lembaga pembiayaan dana bergulir (LPDB) dan lembaga CSR. “Mudah mudahan dengan perkembangan BTM tersebut akan mendorong lembaga lembaga di Muhammadiyah seperti Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) untuk bersinergi dengan BTM dalam pemberdayaan UMKM,” terangnya.