JAKARTA, MENARA62.COM– Kementerian Ristek dan Dikti melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti mengundang para profesor dunia untuk ambil bagian dalam program World Class Professor (WCP) 2017. Program yang dibuka per April 2017 tersebut diharapkan akan diikuti 70 profesor dari berbagai perguruan tinggi baik luar negeri maupun dalam negeri.
“Tahun 2016 lalu, sebagai permulaan kami hanya mengundang para ilmuwan diaspora kembali ke kampung halaman. Tetapi untuk tahun ini kita undang profesor kita yang berdiaspora dan semua profesor kita yang berada di dalam negeri, yang memiliki reputasi internasional,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Prof Ali Ghufron Mukti, Selasa (21/03/2017).
Diakui Ali, pogram WCP 2017 secara umum bertujuan meningkatkan kinerja dosen, khususnya produktivitas riset akademis di Perguruan Tinggi, peningkatan publikasi di jurnal bereputasi, peningkatkan peringkat Perguruan Tinggi Indonesia menuju QS World University Ranking 500 dunia. Selain itu tentu ingin meningkatkan proses interaksi akademik global antara sesama dalam dan luar negeri.
“Apabila sebuah bangsa ingin bertransformasi menjadi lebih hebat, kuncinya ada pada pembenahan sumber daya manusia,” lanjutnya.
Ghufron juga mengatakan bahwa program WCP 2017 ini merupakan langkah melakukan percepatan budaya akademis di Perguruan Tinggi, yang hilirnya adalah pengembangan ilmu pengetahuan, inovasi teknologi dan peningkatan daya saing bangsa. Dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis pengembangan ilmu pengetahuan, bangsa ini bisa mandiri dan sejahtera.
Disinggung mengenai keberadaan profesor kelas dunia yang berasal dari dalam negeri. Mantan Dekan Fakultas Kedokteran UGM ini menerangkan, kendati tidak menyeluruh, tetapi tidak sedikit profesor di Indonesia yang memiliki reputasi dan berkelas dunia.
“Indonesia punya profesor kelas dunia. Mereka banyak diundang dan mengajar di kampus besar luar negeri untuk melakukan penelitian. Bahkan, ada professor kita yang menjadi chief editor jurnal internasional bereputasi dan posisi akademik lain yang bergengsi,” tukasnya.
Ghufron mengingatkan bahwa potensi Indonesia menjadi pusat pengetahuan dunia sangat besar. Terutama apabila melihat jumlah dosen dan mahasiswa yang potensial.
“Bayangkan dengan jumlah dosen yang sekitar berjumlah 260 ribu dan mahasiswa berjumlah sekitar 6 juta lebih, seharusnya Indonesia produktif melahirkan karya besar di bidang ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi,’ ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda antar-Perguruan Tinggi, WCP 2017 terbagi dalam dua skema yaitu Skema A ditujukan bagi Perguruan Tinggi berakreditasi A dan telah masuk daftar QS WUR serta mempunyai Pusat Unggulan Indonesia Perguruan Tinggi (PUI PT). Dan Skema B diarahkan untuk perguruan tinggi lainnya dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).
Skema A ditujukan untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional pada jurnal bereputasi bertaraf Q1 SJR-Scimago atau indeks yang berkualitas yang lain; meningkatkan jumlah doktor lulusan dalam negeri dengan publikasi berkelas minimal Q3 SJR-Scimago atau indeks yang berkualitas lain ; meningkatkan reputasi akademik dan sitasi per dosen; meningkatkan kompetensi SDM dalam meneliti dan menulis publikasi di jurnal berkelas dunia; serta menggali potensi dosen dan sumber daya di Indonesia untuk kontribusi pengembangan Iptek Indonesia dan Global.
Sedangkan Skema B adalah untuk meningkatkan jumlah publikasi internasional pada jurnal bereputasi; meningkatkan jumlah HaKI; memperluas jejaring internasional; meningkatkan kompetensi SDM dalam meneliti dan menulis publikasi; dan tentunya menggali potensi dosen dan sumber daya di Indonesia untuk kontribusi pengembangan Iptek Indonesia dan Global.
Program ini sendiri dilangsungkan dalam kurun waktu 3 hingga 6 bulan. Selama bertugas di Indonesia, para profesor kelas dunia tersebut akan melaksanakan fine tuning (perbaikan kualitas) artikel, joint publication untuk disubmit ke jurnal internasional bereputasi; melaksanakan joint supervision bagi mahasiswa S2 dan S3, serta melakukan joint research dengan dosen muda maupun senior. Kemudian melakukam joint study program; membantu analisis data bagi mahasiswa S3; melaksanakan program pemagangan penelitian bagi mahasiswa S3 dan dosen di laboratorium WCP, membantu PUI-PT, PT dan LPNK membuat proposal untuk memperoleh dana penelitian atau pengembangan proyek pendidikan yang akan diajukan ke pemerintah masing-masing atau ke penyandang dana internasional; membantu set-up global satellite laboratory di PUI-PT dan mencantumkan PUI-PT di situs grup WCP sebagai bagian dari global satellite laboratory.