Judul di atas sangatlah tepat dibuat spanduk didepan gedung fakultas keguruan, institut keguruan, fakultas tarbiah. Sebuah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi keguruan.
Betapa tidak, dunia pendidikan dikejutkan dengan berita seorang guru perempuan sebuah SMK di Bali, diamankan polisi karena mengajak anak didiknya threesome (berhubungan sex 3 orang) dengan selingkuhannya, seperti dilansir tribunnews.com, (8/11/2019). Banyak yang berseloroh, jika gurunya saja begitu, bagaimana dengan muridnya?
Ada juga seorang guru SD di Kelurahan Mandalika Kecamatan Sandubaya Kota Mataram, diamankan oleh petugas dari polsek setempat, karena diduga menggelapkan uang tabungan siswa, dilansir HarianNusa.com (13/9/2019). Lain lagi kasusnya, seorang guru SD di Ciledug-Tanggerang Selatan, diamankan oleh petugas Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya karena diduga terlibat sindikat perampokan rumah mewah, seperti dilansir detik.com (11/9/2019)
Ada ungkapan guru itu singkatan dari digugu dan ditiru, digugu artinya diikuti omongannya, dan ditiru perilakunya. Seorang guru harus memiliki empat bekal; kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Kompetensi profesional dan pedagogik bisa dipelajari di perguruan tinggi keguruan atau LPTK (Lembaga Kependidikan dan Tenaga Kependidikan), sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005.
Sementara kompetensi sosial dan kepribadian tidak bisa dipelajari di LPTK. Dua kompetensi itu, bisa didapat dengan interaksi seseorang dengan orang lain, atau komunitasnya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang berakhlaq mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan (http://famlase.wordpress.com).
Bagaimana seorang guru bisa menjadi teladan peserta jika melakukan tindakan-tindakan asusila dan kriminal seperti di atas? Bagaimana seorang guru digugu dan ditiru jika tidak memiliki akhlaq mulia seperti berbicara kotor dan kasar? Memang ada ungkapan guru juga manusia, tapi ketika seseorang memilih jalan profesi sebagai guru maka harus siap memiliki kepribadian yang berakhlaqul karimah arif, dan berwibawa, serta siap menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
Ketika berdiri di depan murid di kelas, guru akan diperhatikan penampilan dari ujung rambut sampai ujung kaki, akan diperhatikan cara berbicara, dan cara berperilaku lainnya. Problem guru tidak hanya itu, kalau bicara tentang gaji/honor guru tidak tetap/non ASN, yang masih banyak dibawah UMP, atau sangat kecil dan tidak layak. Bahkan di beberapa daerah, honor seorang guru, secara logika hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup tiga hari.
Maka, sekali lagi sangatlah tepat kiranya jika kata-kata: ”Jadi Guru Itu Berat, Jika Tidak Siap, Pulanglah!”
Penulis: H Nunu Anugrah P SPd ST MPdI/Guru MTs Negeri 9 Cirebon