30 C
Jakarta

Cenderung Diabaikan, Pandemi Rokok Tak Kalah Bahayanya dengan Covid-19

Baca Juga:

DEPOK, MENARA62.COM – Konsultan The Union Indonesia Lily S Susilistyowati mengatakan, sebelum mengalami pandemi Covid-19, kita sudah mengalami pandemi tembakau, dan penyakit tidak menular. Situasi ini dirasakan sebagai suatu ancaman, namun kita semua tidak terlalu merasakan, karena sifatnya tidak langsung atau lambat.

“Jadi semua terasa seperti biasa-biasa saja, namun sebenarnya ini menjadi suatu ancaman,” kata Lily pada Webinar Hari Kesehatan Nasional yang digelar Dinas Kesehatan Kota Depok, Jabar, Kamis (12/11/2020).

Perilaku merokok menurutnya sudah menjadi pandemi tembakau. Secara global tembakau sudah membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 2,3 juta di antaranya berada di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia. Ada 600 juta perokok yang menjadi target utama untuk industri, dan kawasan ini memiliki tingkat penggunaan tertinggi di dunia. Bahkan Indonesia mencatat jumlah perokok tertinggi dikalangan laki-laki di dunia.

Lily mengatakan bahwa tren merokok remaja usia kurang dari 18 tahun terus meningkat. Pemicunya antara lain kemudahan mendapatkan rokok, harga rokok yang sangat murah, banyaknya warung atau toko yang menjual rokok secara eceran, kurang disiplinnya pedagang rokok untuk selektif memilih konsumen serta yang ikut berpengaruh besar adalah iklan rokok yang sangat masif.

Saat ini tercatat ada sekitar 65 juta penduduk Indonesia yang merokok setiap hari baik laki-laki maupun perempuan. Terdapat 30 persen anak Indonesia berusia kurang dari 10 tahun yang sudah merokok, serta peningkatan perokok pria dewasa lebih dari 60 persen pada kurun 2007 hingga 2018. Untuk perokok perempuan juga mengalami peningkatan hingga 4,8 persen pada kurun waktu yang sama.

“Jadi kalau dilihat ini suatu data-data yang mengkhawatirkan, oleh karena itu kami menyebutnya sebagai pandemi tembakau,” lanjut Lily

Data Global Youth Tabacco Survey, menyebutkan penggunaan tembakau 35,6% anak laki-laki menggunakan produk tembakau dan 38,3% anak laki-laki menghisap rokok. Namun disatu sisi ada keinginan mereka untuk berhenti merokok, lebih dari 80,8% pelajar perokok ingin berhenti merokok.

“Jadi sebetulnya ada keinginan untuk berhenti merokok, namun mungkin lingkungan membuat situasinya agak menyulitkan” lanjut Lily

Survei juga menunjukkan 78,9% pelajar mengetahui bahwa ada pesan-pesan anti rokok ada dimedia, dan 65,2% pelajar mengetahui adanya iklan atau promosi rokok yang saat ini mengunjungi titik-titik penjualan. Ada 72,9% pelajar tahu bahwa asap rokok orang lain itu merugikan dirinya. Ada 89% pelajar mendukung larangan merokok diruangan publik yang tertutup.

“Orang tua, guru, merupakan teladan dan model bagi anak-anak” kata Lily.

Paparan iklan rokok pada masyarakat dilakukan pada media apa saja, seperti televisi, banner, billboard, poster, public transportation, dan internet. Frekuensi paparan iklan rokok antara dewasa dan remaja beda-beda tipis. Pegguna internet lebih banyak dari kalangan remaja, maka akses informasi rokok lebih cepat didapatkan oleh remaja. Remaja lebih banyak terpapar dari internet.

“Kita lihat iklan-iklan itu semuanya sepertinya sasarannya kepada anak-anak remaja kita yang kelihatannya trendy dan sebagainya,” kata Lily.

Iklan rokok diakui Lily memiliki pengaruh yang signifikan membentuk sikap remaja dalam merokok. Survei menunjukkan 100% remaja yang merokok akan tetap merokok setelah melihat iklan rokok dimedia online dan 10% remaja memiliki kecendrungan untuk merokok setelah melihat iklan rokok di internet.

“Saya perhatikan disini, pandemi tembakau ini tentu saja terjadi karena rokok itu memiliki efek kecanduan yang luar biasa temasuk napza sehingga anak-anak itu mulai dari kecil kalau sudah merokok menjadi kencanduan. Harganya yang murah, dan gampang diakses merupakan surga bagi industri tembakau untuk menjual hasil industrinya. Jadi menurut saya peran industri sangat besar sekali dengan cara dan taktik pemasarannya,” kata Lily

Lily berharap pemerintah lebih tegas terhadap terhadap penyimpangan dan penerapan strategi dari industri rokok dalam mencari sasaran perokok.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!