26.2 C
Jakarta

Membaca Maksud Presiden Meninjau Bencana

Baca Juga:

Opini – Di tengah cuaca yang belum stabil, Presiden tetap terbang ke Kalimantan Selatan, pada hari Senin (18/1). Mobilnya terlihat harus menerobos banjir yang cukup tinggi yang dalam protokol seorang kepala negara dan kepala pemerintahan bisa bermakna banyak hal. Demikian pula hari berikutnya, beliau kembali terbang ke Sulawesi Barat dalam cuaca yang tak menentu.

Presiden sangat memahami derita pengungsi karena beliau di masa kecil juga tinggal di bantaran kali di Solo yang kalau musim hujan mengalami banjir.

Ada banyak alasan bagi Presiden jika ingin memantau bencana dari belakang mejanya di istana, misalnya kasus Covid-19 masih tinggi, beliau belum lama divaksin, cuaca yang tidak menentu, menerima tamu, dan lainnya. Namun beliau tidak terbiasa seperti itu.

Pak Jokowi selalu ingin hadir langsung di tengah derita rakyatnya. Sebab kehadirannya sebagai bentuk simpati kepada para korban dan pengungsi. Selain itu, beliau yakin bahwa kedatangannya akan berdampak pada kinerja mesin birokrasi. Bawahannya di semua level tidak bisa lagi menggunakan strategi ABS (Asal Bapak Senang), sebab realitas lapangan dibaca dan ditafsir bersama.

Dalan riset tesis saya, saya menemukan bahwa kemampuan mendefinisikan realitas secara utuh adalah salah satu keunggulan Pak Jokowi dibanding ribuan politisi lainnya. Sebagaimana pandangan Agus Santosa dalam A.Zulkarnain (2016, Hal 55), blusukan adalah “jalan sederhana untuk mendefinisikan realitas”. Ia merujuk pendapat Max dePree bahwa “tanggung jawab pertama dari seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas”

Beberapa hari ini kita melihat Presiden berjuang dengan segala resiko untuk bisa mendefinisikan realitas. Semua itu agar kebijakan yang diambilnya terkait bencana ini adalah yang terbaik untuk rakyat.

Salam.

Penulis Adalah

Andi Zulkarnain
( Tim Jubir Presiden / SKP Bidang Komunikasi )

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!