26.2 C
Jakarta

Paradigma Pembelajaran Humanis Religius

Baca Juga:

Oleh : Hendro Susilo *)

SOLO, MENARA62.COM – Setelah menelaah dokumen KTSP yang ber-pendekatan humanis religius, kali ini saya mencoba menulis esai untuk menguraikan paradigma pembelajaran humanis religius sebagai bentuk implementasi mewujudkan tujuan pendidikan yang memberikan keseimbangan kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Esai ini juga berangkat dari salah satu kritikan peta jalan pendidikan Indonesia yang menyoroti pendidikan era disrupsi teknologis, dimana harus lebih memberikan perhatian pada kapabilitas manusia yang dapat melampaui jangkauan teknologi dan data dengan memberikan wawasan kemanusiaan dan kebijaksanaan.

Beberapa kalangan elemen masyarakat sepertinya terlihat dengan  mudah menaruh curiga, kebencian dan permusuhan terhadap sesama anak bangsa. Padahal, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius, humanis, sopan santun, ramah tamah, dan penuh toleransi. Islam dalam konteks rahmatan lil ‘alamin mengayomi adanya kemajemukan dalam kehidupan alam dan manusia. Bahkan, Nabi Muhammad SAW ketika membangun masyarakat Madinah juga dilandasi atas kemajemukan suku, budaya, dan agama (Haekal, 1990:195).

Revolusi industri dan teknologi yang terjadi saat ini, mendorong orang-orang berambisi melakukan percepatan in­dustrialisasi dan digitalisasi dengan menekankan pada kemampuan intelektual dan vokasional. Seiring dengan perkembangannya, timbulah perubahan dalam diri manusia, tanpa disadari telah menggeser kemanusiannya karena kekeringan akan nilai-nilai humanis.

Peran pendidikan humanis yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam  rangka memanusiakan  manusia menjadi sangat penting dalam memberikan pemaknaan yang mendalam terhadap basis keberagaman sebagai realitas sosial. Untuk itu, dibutuhkan sebuah reformulasi kurikulum dan praktik pembelajaran yang menyediakan ruang bagi peserta didik dalam mengeksplorasi minat, bakat dan kompetensi serta nilai-nilai humanismenya secara optimal.

Praktik pendidikan seharusnya mampu mengembangkan lima aspek pendidikan seperti unsur motorik, afeksi, kognisi, spiritual dan keseimbangan. Hal ini akan terwujud salah satunya dengan pembelajaran humanis religius yang dikembangkan dalam metode pembelajaran. Internalisasi nilai-nilai religius dalam setiap proses pembelajaran merupakan bagian penting membangun pendidikan nilai.

 

Paradigma Pembelajaran Humanis Religius

 

Secara konseptual, pendidikan humanis religius lebih menekankan aspek kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pen­didikan religius agar peserta didik dapat membangun kehidupan sosial yang memiliki kemerdekaan, yaitu menempatkan individu yang ra­sional dalam kedudukan yang tinggi dan sebagai sumber nilai paling puncak tetapi tidak meninggalkan dari nilai-nilai keagamaan.

Sekolah unggulan bukan hanya didasarkan atas ketinggian prestasi kognitifnya, namun bercirikan juga atas dua hal yaitu fokus pada kualitas proses pembelajaran dan para gurunya mampu menjamin semua siswa akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik. Guru harus menciptakan lingkungan kelas yang dapat menjamin proses belajar mengajar, sebab salah satu ciri kelas humanis adalah lingkungan kelas yang aman dan nyaman agar siswa merasa yakin bahwa mereka dapat belajar dan dapat mengerjakan hal-hal positif.

Model perilaku dan metode guru humanis terhadap siswanya antara lain seperti mendengar pandangan realitas siswa secara kompre­henshif, menghormati individu siswa dan tampil alamiah otentik tanpa dibuat-buat. Guru sebagai fasilitator dan me­diator, di mana guru diharapkan mampu memberikan materi yang imajinatif dan menciptakan sua­sana menantang bagi siswa.

Model dan metode lainnya seperti bagaimana cara siswa memahami sebuah materi menjadi inspirasi bagi guru untuk mendesain pembelajaran. Guru membangun komitmen sa­ling percaya dengan siswa dan  menyentuh emosi me­reka sebagai siswa yang memiliki keunikan masing-masing, serta berorientasi pada subyek akademik dan rekontruksi sosial merupakan bagian dari paradigma pembelajaran metode humanis religius.

Kelebihan dari pembelajaran humanis religius antara lain ada perhatian yang kuat terhadap pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa. Metode ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, berpikir produktif dan analisis terhadap fenomena sosial. Namun, disisi lain ada yang menjadi kelemahan seperti kurikulum humanis religius kurang memahami kebutuhan ma­syarakat secara keseluruhan, dan dalam implementasi membutuhkan biaya cukup besar dan wak­tu lama dalam prosesnya (Mustakim,2020)

Namun demikian, Pendidikan humanis religius memiliki peran strategis dalam usaha membangun pendidikan nilai dan karakter sebagai modal sosial dan modal moral dalam rangka melahirkan manusia berbudi luhur sebagai bekal menjadi warga negara dan warga dunia yang baik. Pembelajaran humanis religius melatih siswa mengasah kemampuan bertindak,memilih dan merancang tujuan moral hidupnya secara baik dan benar, tentu dibawah bimbingan guru yang kapabel dan menjadi teladan bagi siswa. Dalam praktek pembelajaran humanis religius, implementasinya tidak harus menjadikannya mata pelajaran sendiri, akan tetapi diintegrasi­kan dengan kurikulum yang ada secara optimal sehingga tercapai keseimbangan aspek motorik, afeksi, kognisi, dan spiritual.

*)Litbang SMA Muh PK

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!