32.8 C
Jakarta

UHAMKA Gelar Simposium Ketrampilan Menulis bagi Mahasiswa Penerima Beasiswa

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (P3KA) Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) gelar Simposium Mahasiswa Peraih Beasiswa, bertema Tetap Produktif Dimasa Pandemi, Sabtu (13/2/2021). Simposium yang digelar secara virtual tersebut diikuti ratusan mahasiswa peraih beasiswa dari berbagai program studi.

Bertindak sebagai keynote speech Ketua Lazismu Prof. Hilman Latif, PhD serta narasumber Jahidan Jey, Kepala Divisi Pendayagunaan dan Pendistribusian BMM dan Sri Nurhidayah, SH., MSi, Kepala Lembaga Beasiswa BAZNAS. Ikut hadir Ketua P3KA UHAMKA Mubarak Ahmad dan semua ketua Prodi UHAMKA.

Dalam sambutannya, Rektor UHAMKA Prof Gunawan Suryoputro, MHum yang diwakili oleh Wakil Rektor 3 Dr Lelly Qodariyah, M.Pd mengatakan pandemi Covid-19 yang telah membatasi aktivitas fisik kita, tidak seharusnya menghalangi mahasiswa untuk tetap produktif. Apalagi menyandang status mahasiswa penerima beasiswa, tentu harus tetap menunjukkan prestasi.

“Simposium ini sudah kita rancang untuk membuka wawasan kalian sebagai mahasiswa penerima beasiswa, bahwa selama pandemi kita tetap bisa produktif,” kata Lelly.

Salah satu cara yang bisa dilakukan mahasiswa adalah dengan menulis. Lelly mengatakan menulis adalah cara terbaik untuk menunjukkan produktivitas mahasiswa sebagai bagian dari kaum akademisi. Tentunya menulis dengan kaidah yang benar dan materi yang memberikan manfaat untuk banyak orang.

“Asah kemampuan kalian untuk menulis. Ini adalah cara paling efektif untuk tetap menunjukkan produktivitas kalian,” tambah Lelly.

Ia mengingatkan menulis bukan sesuai yang sulit. Tetapi menulis juga bukan hal bisa dilakukan sambil lalu. Harus ada pelatihan dan proses belajar yang keras untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bermutu.

Lelly yakin dengan prestasi yang sudah diraih sekarang, para mahasiswa penerima beasiswa tidak akan kesulitan untuk memulai menulis. Kuncinya adalah tetap memperhatikan 5W + 1 H yakni What, Who, When, Why, Where, dan How (Apa, Siapa, Kapan, Mengapa, Di mana, dan Bagaimana).

Lelly berharap tulisan-tulisan hasil karya mahasiswa penerima beasiswa yang rencananya akan dibukukan, dapat memberikan inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berkarya dan berprestasi.

Dari 360-an mahasiswa penerima beasiswa berbagai lembaga yang kini kuliah di UHAMKA, saat ini baru 18 mahasiswa yang sudah mulai menulis.

Mahasiswa harus berlatih menulis

Sementara itu, Prof Hilman Latif mengatakan sebagai mahasiswa penerima beasiswa sudah seharusnya berbeda dengan mahasiswa pada umumnya. Mereka tidak hanya harus menunjukkan prestasi bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi masyarakat, bagi kampus dan bagi lembaga yang telah memberikan beasiswa.

Ketua Lasismu Prof Hilman Latif

“Ananda sudah mendapatkan beasiswa dan amanah dari lembaga yang telah memberikan beasiswa, juga kampus yang telah merekomendasikan pemberia beasiswa tersebut,” kata Prof Hilman.

Diakui untuk berprestasi di luar bidang akademik tidak semua mahasiswa bisa. Umumnya mahasiswa lebih mudah meraih prestasi akademik dengan IPK yang fantasistis, tetapi lupa untuk melakukan kegiatan pengayaan diri yang justru sangat dibutuhkan saat akan melamar program beasiswa.

“Kepemimpinan adalah faktor nilai tambah yang paling banyak dinilai oleh lembaga pencari beasiswa. Karena lembaga ini berharap apa yang sudah diberikan kepada mahasiswa melalui program beasiswa dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas, tidak sekedar dinikmati oleh diri sendiri,” tambah Prof Hilman.

Untuk mengasah jiwa kepemimpinan atau leadership, lanjut Hilman, mahasiswa penerima beasiswa harus banyak berlatih dan menimba ilmu di luar kampus. Misalnya melalui kegiatan organisasi, kegiatan sosial, atau juga menulis yang ditayangkan di media-media umum.

Menurut Hilman, Indonesia merupakan negara dengan program beasiswa yang cukup banyak, baik dari Kemendikbud, Kemenag, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (Kemenkeu), filantrophy, perusahaan swasta, perusahaan milik negara, Pemda, bahkan dari kampus itu sendiri. Dari sekian banyak lembaga atau badan yang menawarkan beasiswa ternyata tidak mudah untuk mencari calon penerimanya.

“Syarat IPK tinggi memang bisa terpenuhi, karena banyak mahasiswa yang prestasi akademiknya bagus. Tetapi syarat lainnya yang tidak gampang,” katanya.

Lebih lanjut Prof Hilman mengingatkan bahwa kita dibangun dalam tradisi oral atau ngomong (bicara). Tradisi ini membuat budaya menulis menjadi rendah dan jarang dilakukan orang. Padahal tradisi menulis itu penting karena melalui tulisan kita bisa lebih mudah mendapat apresiasi. Melalui tulisan, orang lebih mudah mengkritik karya, dan tulisan juga bisa dijadikan referensi.

“Jadi dunia akademik adalah tradisi menulis, tak sekedar oral. Maka mulailah belajar menulis, ciptakan pemimpin masa depan melalui budaya menulis,” tutup Prof Hilman.

Jahidan Jey menjelaskan kepemimpinan pada dasarnya memiliki tiga level yakni memimpin diri sendiri, memimpin tim dan memimpin organisasi. Seorang mahasiswa harus belajar memimpin diri sendiri misalnya dengan self manajemen.

“Kemampuan untuk memimpin diri sendiri ini penting untuk dapat memim[in satu tim atau bahkan orgnanisasi. Dan ini harus dilatih sejak dini secara terus menerus,” katanya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!