29.8 C
Jakarta

PEMANFAATAN TEPUNG DAUN KELOR DALAM PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

Baca Juga:

 

 

Oleh : Munaaya Fitriyya SE,.SST,.M.Kes *)

 

 

MENARA62.COM– Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang termasuk Indonesia. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia. Insiden anemia dipengaruhi oleh asupan zat besi yang rendah.  Masa remaja merupakan masa di mana pertumbuhan terjadi dengan cepat, sehingga kebutuhan gizi pada masa ini pun ikut meningkat. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi. Kekurangan zat besi sebagai salah  satu  dari  sepuluh  masalah  kesehatan  yang paling serius. Salah satu zat gizi yang kebutuhannya meningkat adalah zat besi (Veratamala, 2016)

Pada masa remaja atau  Adolescence Growth Spurt terjadi pertumbuhan yang sangat pesat sehingga mereka memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya.  Remaja memiliki resiko tinggi  terhadap kejadian anemia terutama anemia gizi besi. Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih  tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja putri memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra, hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti melakukan diet vegetarian (Almatsier,dkk.,2011). Anemia  pada  remaja  putri  disebabkan  masa  remaja  sudah  mengalami menstruasi.  Menstruasi  adalah  keadaan  yang  fisiologis,  peristiwa  pengeluaran darah, lendir dan sisa – sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi (Prawirohardjo, 2011).

Kelor (Moringa  Oleifera) merupakan  salah  satu  tanaman  lokal yang   telah   dikenal   berabad-abad sebagai  tanaman  multiguna,  padat nutrisi    dan    berkhasiat    obat. Mengandung senyawa alami yang lebih banyak  dan  beragam  dibanding  jenis tanaman   lainnya.   Menurut   hasil penelitian,  daun  kelor  mengandung vitamin  A,  vitamin  B,  vitamin  C, kalsium,  kalium,  besi  dan  protein dalam  jumlah  sangat  tinggi  yang mudah  dicerna  oleh  tubuh  manusia. Tingginya  kandungan  zat  besi  (Fe) pada daun kelor kering ataupun dalam bentuk  tepung  daun  kelor  yaitu  setara dengan  25  kali  lebih  tinggi  daripada bayam   dapat   dijadikan   alternatif penanggulangan anemia ( Aminah, 2015)

Suplementasi   tepung daun kelor yang diberikan kepada remaja  putri ini  tentunya dapat  memberikan  tambahan asupan  Fe  kepada   remaja yang mengkonsuminya selain makan yang dikonsumsinya sehari-hari. Tentunya remaja  putri  dalam asupan sehari -hari harus  mengandung  gizi  seimbang  meliputi karbohidrat, protein , lemak, mineral.

Hasil Penelitian kami di Laboratorium Penguji Pangan dan Gizi  ( No : 884/PS/07/18   ) terhadap tepung daun kelor dengan perlakuan sinar matahari diperoleh hasil :a) Kadar lemak  6.74%, asam  lemak ini membantu mempercepat metabolisme, sehingga jika dikonsumsi daun kelor memiliki tingkat energi yang tinggi. b) Kadar protein 23,37%, daun tanaman kelor memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi, termasuk asam amino sulfur yang mirip dengan asam amino yang dikandung biji kedelai.c) Serat kasar sebesar 3,67%, daun kelor dapat menurunkan kolesterol jahat dan mengurangi nafsu makan sehingga  membantu menurunkan berat badan.d) Mengandung senyawa mineral yang cukup tinggi, yaitu kadar Zat Besi (Fe) 177,74 ppm, kadar Calsium (Ca) 16.350,58 ppm, kadar Natrium (Na)  1.206,54 dan kadar fosfor sebesar 290,65 mg/100gr. Kandungan mineral yang tinggi dipengaruhi oleh menurunnya kadar air dalam tepung daun kelor, sehingga mineral menjadi lebih pekat dan kadarnya meningkat.

Kandungan zat besi yang tinggi berfungsi sebagai bahan pangan fungsional untuk mengatasi anemia.  Hal ini sejalan dengan penelitian kami di pondok pesantren dengan subyek remaja putri dimana kadar hb sebelum konsumsi tepung daun kelor di bawah batas normal dan setelah konsumsi tepung daun kelor mengalami peningkatan kadar HB.

Pemanfaatan kelor  oleh masyarakat belum banyak diketahui, umumnya dikenal sebagai menu sayuran. Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, kelor dapat diolah menjadi bentuk tepung (powder),  dapat digunakan sebagai fortifikan untuk mencukupi nutrisi pada berbagai produk pangan, seperti pada olahan pudding, cake, nugget, biscuit, cracker serta olahan lainnya. Tepung daun kelor dapat ditambahkan untuk setiap jenis makanan sebagai suplemen gizi. Sesuai penelitian kami daun kelor merupakan  zat besi   non  heme  dari jenis sayuran   yang dapat dijadikan alternative penanganan anemia.

*)Penulis adalah Dosen ITS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!