28.8 C
Jakarta

Antuasiasme Penonton Bioskop Malaysia dan Brunei Menikmati Film Bergenre Horor “Jangan Sendirian” 

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Sekian banyak subgenre dalam film horor tanah air berkutat di seputar kisah-kisah hantu, sebutlah, pocong, kuntilanak, genderuwo, sementara peran paranormal turut membalut di dalam alur cerita, meski, peran paranormal acap berganti dengan orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural indigo, misalnya.

Memasuki era milenial 2016 sampai saat ini, beberapa film horor Indonesia kembali semarak, bahkan ada satu jenis film horor nasional yang dapat menyedot jumlah penonton menembus lebih diangka 3 juta orang.

Semarak film bergenre horor tersebut dapat diterima, karena menyuguhkan cerita yang baru, tanpa embel-embel perempuan seksi ataupun komedi yang tak lucu, bahkan suasana mistis dan kengerian ada pada karakter dan alur cerita yang disajikan.

Produser film Agung Setray mengatakan, film “Jangan Sendirian” juga tidak menggunakan hantu pada umumnya. Film ini menggunakan jump scare bukan pada sosok hantunya. Justru, kengerian yang disajikan film-film ini terpetak pada kekuatan karakter dan storytelling yang dibangun.

“Penggabungan unsur thriller dan suspense, yang membuat suasana mencekam adalah hal baru dalam jagat perfilman Indonesia, khususnya film horor. Justru diferensiasi inilah yang menjadikan film “Jangan Sendirian” mendapat aplaus yang cukup baik bagi penonton tanah air di awal pemutaran perdananya”, kata Agung dalam keterangan tertulisnya, Minggu (11/4).

Selain di tanah air, film “Jangan Sendirian” besutan Sutradara X,jo juga mulai diputar di bioskop-bioskop negeri Jiran mulai 8 April ini, menyusul selanjutnya akan tayang di Singapura, Kamboja dan Vietnam. Sepertinya produser “Jangan Sendirian” melihat celah bisnis yang terbuka lebar, selepas dibukanya kembali bioskop-bioskop baik di tanah air maupun di negara tetangga.

Komentar penonton “Jangan Sendirian” di media sosial

Witjaksono sebagai salah satu Executive Produser menuturkan, “Ada beberapa alasan kita harus optimis perfilman nasional dapat diterima di negara-negara ASEAN”, ujarnya.

Tak dapat pungkiri, berdasarkan kenyataannya alasan utama film Nasional selama ini sejatinya sudah di terima oleh masyarakat Asean, yakni kesamaan bahasa yang masih serumpun, membuat lebih mudah untuk dimengerti, alhasil tidak perlu lagi kesulitan untuk menerjemahkannya.

Selain itu soundtrack musik film Indonesia yang juga mengena, Bukan lagi sebuah rahasia kalau lagu-lagu Indonesia dan band-band nasional kita memang terkenal di negeri tetangga, sehingga turut mempangaruhi diterima atau tidaknya film kita di negara asean tersebut.

“Tentunya keadaan ini juga menambah keyakinan kami, Film “Jangan sendirian” akan diterima baik oleh penonton di negara Asean lainnya, dimana saat ini generasi milenial dan juga sentenial yang memiliki persepsi berbeda dalam menilai sosok hantu yang ditampilkan dalam sebuah alur cerita, dan di film “Jangan Sendirian” menjawab kebutuhan tersebut bahwa film horor tidak selamanya berkutat pada unsur-unsur klenik”, tutup Witjaksono.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!