SOLO, MENARA62.COM – Sebanyak 84 murid kelas IV SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta melaksanakan pembelajaran berbasis projek dengan tema mengenal makanan tradisional Provinsi Jawa Tengah, di aula sekolah setempat, Jumat (30/9/2022).
Pembelajaran berbasis projek merupakan salah satu karakteristik kurikulum merdeka. Pembelajaran berbasis projek diterapkan untuk mendukung pengembangan karakter profil pelajar Pancasila.
Murid kelas IV mempraktikkan pembuatan salah satu jenis makanan tradisional dari Jawa Tengah, yaitu klepon. Hal ini berdasarkan hasil identifikasi angket makanan tradisional yang disukai murid kelas IV, di mana klepon dipilih oleh 52 murid.
Retno Indriyanti, selaku koordinator tim kelas IV, mengungkapkan bahwa tujuan kegiatan ini untuk mengajak murid mengalami sendiri bagaimana menerapkan sikap toleransi, bekerja sama, dan mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu.
Selanjutnya, Retno menyampaikan langkah-langkah pembuatan klepon. Langkah pertama, setiap kelompok yang terdiri dari empat murid, menyiapkan alat dan bahan pembuatan klepon.
Langkah kedua, murid mulai menimbang bahan pembuatan klepon yang terdiri 500 gram tepung ketan dan 20 gram tepung beras.
Langkah ketiga, tepung ketan dan tepung beras diaduk menjadi satu menggunakan air secukupnya dengan dibubuhi garam dan larutan pewarna pandan.
Langkah keempat, setelah adonan kalis, adonan mulai dibentuk bulatan berukuran sedang dengan diberi irisan gula Jawa di dalamnya.
Langkah kelima, murid mulai merebus bulatan klepon ke dalam air yang mendidih. Jika bulatan klepon sudah mengambang pertanda klepon itu sudah matang dan siap diangkat.
Langkah keenam, setelah klepon matang di atasnya ditaburi parutan kelapa dan bubuk gula putih, kemudian klepon pun siap disajikan.
“Dalam kurikulum merdeka, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan projek-projek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah. Sistem pembelajaran ini dianggap penting guna mengembangkan karakter murid. Sebab, mereka diberi kesempatan untuk memulai pengalaman,” imbuh Retno.
Salah satu murid kelas IV, Syakira Farha, mengungkapkan bahwa faktor kesulitan dalam membuat klepon yaitu saat membuat adonan tepung ketan dan tepung beras.
“Standar kalis elastis adonan saya belum paham. Saat awal membuat adonan, air yang saya tuangkan terlalu banyak sehingga adonan menjadi lembek, setelah saya tambahi tepung ketan dan tepung beras lagi, adonannya menjadi bantat,” terangnya. (*)