JAKARTA, MENARA62.COM – Politeknik bertatus Badan Layanan Umum (BLU) jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sampai 2023, sebanyak 13 Politeknik telah berstatus sebagai BLU dan 3 lainnya masih dalam proses usulan.
“Sudah ada 13 Polteknik berstatus BLU dan saat ini 3 dalam proses. Mudah-mudahan akhir tahun 2023 menjadi 16 Politeknik berstatus Badan Layanan Umum,” kata Sekretaris Ditjen Pendidikan Vokasi, Saryadi pada coffee morning bersama Forum Wartawan Pendidikan, Rabu (13/9/2023).
Menurutnya perubahan status Politeknik dari Satuan Kerja (Satker) menjadi BLU merupakan bentuk komtmen Ditjen Vokasi dalam upaya mewujudkan tata kelola keuangan dan menjawab berbagai persoalan yang ditemukan pada Pendidikan vokasi sehingga terbangun kemandirian Politeknik.
Jumlah Politeknik itu sendiri ada 44 perguruan tinggi. Dari jumlah tersebut 13 telah berstatus BLU dan sisanya masih berstatus Satker.
Hingga awal 2023, sudah ada 13 politeknik yang berstatus BLU, yakni Politeknik Negeri Malang, Politeknik Negeri Manufaktur, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Semarang, Politeknik Negeri Medan, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Politeknik Negeri Bandung, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Jember, Politeknik Negeri Batam, Politeknik Negeri Sriwijaya dan Politeknik Negeri Pontianak.
Sedang tiga Politeknik dalam proses BLU yakni Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Lampung dan Politeknik Negeri Padang.
“Ada tiga kandidat Politeknik yang menuju status perguruan tinggi berbadan hukum atau PTNBH,” katanya.
Lebih lanjut Saryadi mengatakan pihaknya menyambut baik aspirasi pemerintah daerah (Pemda) yang ingin membangun program studi terbaru sesuai dengan potensi atau keunggulan yang dimiliki oleh daerah. “Kita beri dukungan dan kerja sama pemda, termasuk masukan untuk pemda,” kata Saryadi.
Saat ini bahkan sudah ada beberapa prodi di luar kampus utama yang didirikan di pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten maupun kota. Contohnya di Kolaka, Sulawesi Tengah (Sulteng), ada industri pertambangan yang mendirikan prodi di luar kampus utama, karena memang belum ada politeknik di luar sana. “Yang mendirikan Politeknik Ujung Pandang. Itu salah satu bentuk upaya kami merespons aspirasi daerah yang basisnya kebutuhan di masing-masing wilayah,” tutur Saryadi.