SULAWESI UTARA — Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sekaligus Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Cherish Harriette, B.A (Hons), M.B.A, menggelar Rapat Dengar Pendapat bersama masyarakat di Kelurahan Kotamobagu, Kecamatan Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara, Senin (8/9/2025).
Pertemuan ini digelar untuk memperkuat pemahaman nilai-nilai kebangsaan serta meneguhkan semangat persatuan di tengah dinamika sosial yang belakangan ini ramai terjadi.

Pertemuan tersebut dihadiri ratusan masyarakat dari berbagai unsur, mulai dari tokoh masyarakat, pemuda, hingga perwakilan kelompok perempuan. Suasana berlangsung interaktif dengan antusiasme warga yang tinggi dalam menyampaikan pandangan maupun masukan.
Dalam pemaparannya, Cherish membahas peristiwa demonstrasi besar yang terjadi di Jakarta, Sulawesi Utara, dan sejumlah daerah lain sebagai bentuk ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, khususnya DPR.
“Demonstrasi adalah hak masyarakat yang dijamin oleh undang-undang. Namun tentu saja harus dilakukan dengan damai dan tidak melanggar ketentuan, seperti mengandung ujaran kebencian SARA, membawa senjata tajam, atau mengancam persatuan bangsa. Justru pemerintah harus memaknai kritik itu sebagai momentum untuk memperbaiki diri,” tegas Cherish.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya keteladanan para elit bangsa dalam menjaga moral publik. “Elit bangsa, baik legislatif, yudikatif, maupun eksekutif, adalah representasi negara di mata rakyat. Apa pun yang mereka lakukan akan menjadi panutan. Dari kejadian kemarin kita belajar, masyarakat butuh keteladanan, bukan sekadar kata-kata,” jelasnya.
Selain itu, Cherish menyoroti pentingnya menjaga kebhinekaan sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Dengan lebih dari 17 ribu pulau, 300 etnis, 700 bahasa daerah, 6 agama resmi, serta ratusan aliran kepercayaan, Indonesia adalah salah satu negara paling beragam di dunia.
“Keberagaman itu harus dijaga melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tanpa persatuan, kita rawan terjebak konflik SARA atau pertikaian lain. Karena itu, sosialisasi tentang kebhinekaan perlu terus diperkuat, khususnya kepada generasi muda agar mereka menjadi agen persatuan bangsa,” ujarnya.
Masyarakat yang hadir pun memberikan masukan agar para elit bangsa lebih berhati-hati dalam memberi pernyataan publik agar tidak menimbulkan kekecewaan. Selain itu, mereka juga mendorong agar program sosialisasi kebhinekaan diperluas, sehingga perbedaan tidak menjadi sumber kelemahan, melainkan kekuatan membangun bangsa.
Pertemuan ini ditutup dengan harapan bahwa kegiatan tersebut dapat menjadi media meningkatkan pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai kebangsaan, meliputi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai tersebut diharapkan bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari demi persatuan dan kemajuan Indonesia.
