SOLO, MENARA62.COM– Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Kottabarat, Kota Surakarta, menggelar Focus Group Discussin (FGD) pada Kamis (15/2/2024) di SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat di Jl. Pleret Raya, Sumber, Banjarsari, Kota Solo. Partisipan FGD ini berasal dari utusan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sekolah setempat, Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Kottabarat, serta melibatkan aktivis kelompok studi Tajdid Pendidikan, sebuah kelompok yang fokus bergerak pada pengembangan sosial dan pendidikan. Mereka berkumpul membahas tema lingkungan dan budaya hidup berkelanjutan.
Ketua PCPM Kottabarat, Hendro Susilo, dalam forum FGD tersebut mengatakan isu lingkungan hidup saat ini mendesak untuk diangkat dan dipahami oleh generasi muda. Generasi muda berhak untuk hidup nyaman, sejahtera dan bahagia dalam sebuah lingkungan hidup yang sehat. Dia menjelaskan isu pencemaran dan kerusakan lingkungan telah tampak dan dirasakan bersama. Isu global warming, pembuangan limbah, pencemaran sampah plastik, polusi udara, pencemaran air sampai pada bencana akibat peningkatan suhu bumi perlu disikapi dan generasi muda perlu untuk memahami dan mengurangi dampaknya dengan penerapan gaya hidup berkelanjutan.
Mengutip Al-Qur’an surat Ar Rum ayat 41, salah satu peserta FGD dari Tajdid Pendidikan, Zaki Setiawan, mengurai telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia harus menjadi pondasi paradigma gerakan ilmu dan amal bagi generasi muda Muhammadiyah. Zaki menggambarkan fenomena global warming dan dampak dari peningkatan suhu bumi. Ancaman bencana el-nino yang berdampak pada ketahanan pangan perlu disadari generasi muda. Ketahanan pangan ini penting karena menyangkut kelanjutan hidup manusia. “Dan, generasi muda harus didorong untuk mau merawat atau mengembangkan hobi menanam tanaman yang menghasilkan,” ujarnya.
Peserta lain, Miftahul Ar-Rozaq, membagi pengalamannya tentang kegiatan bank sampah. Pengalaman Rozaq dalam Jambore Nasional terkait pengelolaan dan peduli sampah ditularkan kepada anak-anak muda IPM dengan harapan mereka akan terinspirasi melakukan gerakan yang sama di lingkungan masing-masing. Kesadaran anak muda terkait kelestarian lingkungan harus ditumbuhkan. Salah satu ikhtiarnya melalui forum grup diskusi seperti ini. Setelah kesadaran terbentuk kuat, jelasnya, maka akan terbentuk gaya hidup dan budaya ramah lingkungan akan kuat di kalangan anak muda.
Pakai Tumbler
Peserta FGD, Sholahuddin, memberikan pandangannya terkait kerusakan alam dan lingkungan. Dia menjelaskan Muhammadiyah memiliki komitmen kuat dalam merawat dan melestarikan alam. Komitmen kuat ini harus diinternalisasi dalam setiap diri kader. Mulai dari diri sendiri kita melakukan perilaku gaya hidup berkelanjutan, seperti ke sekolah membawa tempat minum tumbler untuk diisi ulang untuk mengurangi sampah plastik bekas minuman. Sholahuddin berharap pihak sekolah menyediakan air galon sehingga para siswa bisa dengan mudah melakukan isi ulang air minum. Dia juga berharap ada gerakan mengumpulkan sampah botol plastik bekas untuk diolah lebih lanjut. Perubahan dari diri sendiri ini penting. Apalagi bila dilakukan konsisten maka akan memberikan efek positif bagi orang lain agar turut peduli pada kelestarian lingkungan yang akhirnya hidup dengan gaya hidup berkelanjutan.
Ketua IPM Ranting SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat, Rafif juga memberikan pandangannya. Bahwa penting sekali bagi generasi muda diberikan pemahaman utuh agar kesadaran tumbuh dengan baik akan kelestarian lingkungan. Forum diskusi seperti FGD ini menjadi sarana yang tepat menanamkan kesadaran. Seperti isu ketahanan pangan, sebenarnya anak-anak muda telah mengenal istilah petani milenial dan banyak juga anak muda yang mengenal hidroponik. Teknik pertanian modern tersebut harus dikembangkan dan anak-anak muda perlu pendampingan dalam pelaksanaanya. Mewakili pengurus IPM, Rafif mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya forum diskusi ini. “Semoga hasil kajian diskusi ini bisa ditindaklankuti khususnya oleh IPM dalam gerakan aksi nyata program peduli lingkungan,” harapnya. (*)