SOLO, MENARA62.COM – Dalam menghadapi persoalan mental health, perlu adanya perhatian khusus dalam merespon kondisi tersebut. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melaksanakan kegiatan seminar, yang diberikan kepada Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Kepala Sekolah SMA/SMK se-Solo Raya, dengan tema materi ‘Mental Health: How to Deal with it?’.
Kegiatan ini, merupakan salah satu rangkaian Grand Opening Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun 2024/2025 UMS, dengan narasumber Prof., Taufik, Ph.D., pada Rabu (1/11) di Auditorium M. Djazman Kampus 1 UMS.
Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi UMS itu, mengungkapkan bahwa banyaknya kasus mental health yang terjadi di Indonesia, terdapat 6 masalah ketahanan pada mental health yakni perceraian, bullying, penyimpangan sosial, depresi, klitih, hingga bunuh diri. “Salah satu masalah yang terjadi pada keluarga, biasanya terjadi karena tidak adanya komunikasi antara anak dan orang tua yang baik. Sedangkan, orang tua tidak dapat menyelesaikan apa yang dihadapi oleh anak,” ungkap Dekan Psikologi itu.
Anak dapat mengalami masalah mental, lanjutnya, biasanya disebabkan oleh pengalaman negatif. Salah satunya ketika melihat orang tua bertengkar dan si anak melihatnya secara langsung. Hal ini menyebabkan kepribadian anak menjadi tidak matang. Di sisi lain, kepribadian yang matang itu dapat dikatakan ketika individu hidup, tanpa dibayangi pengalaman negatif di masa lalu.
“Orang yang memiliki mental sehat itu adalah orang yang tidak meluap dan tidak berlebihan akan hal yang menyenangkan atau kesedihan. Kematangan mental juga dapat dilihat dari kemampuan memahami realita dengan apa adanya,” tambah Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi itu.
Setelah penyampain materi terdapat sesi diskusi interaktif antara pemateri dan peserta.
Menanggapi berbagai pertanyaan peserta, Prof. Taufik., menyampaikan bahwa anak akan stres apabila keinginan tidak terpenuhi, sehingga perlunya pandangan yang luas dan masukan – masukan positif dari orang sekitar. Hal ini disebabkan karena anak akan membandingkan dengan prestasi orang lain. “Kita harus mengajarkan, pentingnya bersyukur dan bersabar. Selain itu, kita juga perlu menceritakan hal-hal yang kurang indah agar anak dapat bersyukur terhadap apa yang telah dilalui,” paparnya.
Sebagai guru atau orang tua, tambahnya, selain memberikan pemahaman akan pentingnya mental health juga harus diimbangi akan spiritual yang baik. (*)