TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR, MENARA62.COM–Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung mengadakan Baitul Arqam setelah 20 tahun tidak diadakan di daerah ini. Baitul Arqam yang menjadi program dari Majlis Pendidikan Kader PWM Jawa Timur kerja sama dengan Majlis Pendidikan Kader PDM Tulungagung, dapat terealisasi hari Ahad-Senin, 23-24 April 2017 bertempat di aula Kampus STAI Muhammadiyah Tulungagung, Jalan Pahlawan III/19 Ketanon Kedungwaru Tulungagung.
Semua pemateri dari pimpinan wilayah, kecuali satu dari unsur pimpinan daerah yaitu dr Anang Imam Massa Arif, MKes. Pemateri pertama, Prof DR Thohir Luth dengan tema Paham Agama Menurut Muhammadiyah.
“Pengurus dan warga Muhammadiyah wajib memiliki 4 buku yaitu HPT, Pedoman Hidup Warga Muhammadiyah, Tanya Jawab Soal Islam dan Menjaga Muhammadiyah. Jangan sampai terulang kejadian ketua PDM tidak paham HPT,” ujar Thohir yang juga mengkritisi pimpinan Muhammadiyah yang pendapatnya kadang aneh sehingga meresahkan warga.
Dalam sambutannya, Ketua Majlis Pendidikan Kader PDM Tulungagung, Drs Bahtiar mengatakan, Baitul Arqam pertama kali setelah 20 tahun vakum. Dalam kesempatan ini panitia juga mengambil tema Meningkatkan Komitmen Bermuhammadiyah.
“Sesuai tema yang diajukan panitia menjadi titik awal dalam gerakan kader yang lebih militan mengingat banyak kader yang sudah tidak komitmen dengan Muhammadiyah lagi,”sebagaimana yang diutarakan Ketua PDM Tulungagung dr Anang.
Pemateri kedua, sedianya diisi Drs Taufik Kusuma, yang bersangkutan berhalangan hadir, sehingga pemateri ketiga dimajukan. Sebagai pemateri ketiga, dr Anang membawakan tema Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam.
Hari kedua diisi Ketua MPK PWM Jawa Timur, Dr Latipun MKes dalam kesempatan tersebut, mengungkapkan tiga cara berkhidmat di Muhammadiyah. Satu, bekerja di amal usaha Muhammadiyah. Dua, menjadi pengurus di persyarikatan. Tiga, simpatisan di luar struktur Muhammadiyah.
Poin pertama, dikaitkan dengan slogan “hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Amal usaha Muhammadiyah, idealnya dikelola oleh kader yang punya ruh pengabdian. Poin kedua, Muhammadiyah tidak mengenal hirarki atas bawah, tapi semua sama rata sama penting, “contoh: Pak Din, setelah jadi ketua PP jadi ketua ranting. Apa derajat pak Din jatuh?” ujarnya.
Poin ketiga, para simpatisan ini baik yang pernah jadi pengurus atau tidak pernah sama sekali, dan saat ini bergerak di luar tetap jalin hubungan baik. Suatu saat akan membantu atau menolong Muhammadiyah jika diperlukan.
Pemateri kedua hari kedua Dr Hasan Ubaidillah MM selaku ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PWM Jawa Timur. Ia mengingatkan, jumlah ideal cabang dan ranting sesuai amanat Muktamar 70% dan 40% dari jumlah kecamatan suatu kabupaten dan desa suatu kecamatan.
Sesi terakhir diisi oleh Drs Nadjib Hamid MSi yang mengupas dakwah Muhammadiyah yang mengajak bukan menghakimi dan berorientasi pemecahan masalah.