26.2 C
Jakarta

BATAN Gelar Pelatihan Pemuliaan Mutasi Tanaman Kedelai Bagi Peneliti Asing

Baca Juga:

JAKARTA – Ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor masih sangat besar. Karena itu, pemerintah melalui Badan Tenaga Nulir Nasional (BATAN) terus berupaya menghasilkan varietas baru kedelai berbasis pemanfaatan teknologi nuklir.

Dengan varietas baru, bertani kedelai akan menguntungkan, sehingga petani lokal tertarik untuk membudidayakan kedelai.

“Kalau kedelai memiliki nilai ekonomi yang tinggi tentu petani kita akan tertarik untuk bercocok tanam kedelai,” kata Djarot Sulistio Wisnubroto,  Kepala BATAN, Senin (9/7).

Saat ini kedelai masih belum menjadi jenis tanaman yang menarik para petani.  Biaya produksi masih lebih tinggi dibanding harga jual, menjadi salah satu alasan utamanya. Itu sebabnya, kedelai hanya dijadikan sebagai jenis tanaman antar musim.

Padahal tingkat penggunaan pangan kedelai sangat tinggi di Indonesia. Kedelai merupakan bahan utama pembuatan tempe, kecap dan sejumlah makanan lainnya.

Karena itu, pemerintah melalui BATAN terus berupaya melahirkan varietas baru kedelai menggunakan teknologi nuklir. Saat ini sudah ada sekitar 12 jenis varietas, satu diantaranya adalah jenis mutiara satu yang sangat cocok untuk bahan pembuatan tempe.

Diakui Djarot, Indonesia menjadi negara yang memiliki keunggulan dibidang pemuliaan tanaman dengan memanfaatkan teknologi nuklir. Capaian tersebut membuat negara-negara lain tertarik untuk belajar ke Indonesia.

“BATAN ditunjuk sebagai collaborating centre dibidang plant mutation breeding yang telah ditetapkan International Atomatic Energy Agency,” kata Djarot.

Salah satu tindak lanjut dari penujukkan sebagai collaborating centre adalah digelarnya pelatihan bagi 20 peneliti muda  dari 14 negara di kawasan Asia Pasifik. Pelatihan di bidang pemuliaan mutasi tanaman termasuk tanaman kedelai tersebut berlangsung sejak tanggal 9-20 Juli 2018, di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN.

Kepala PAIR, Totti Tjiptosumirat mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan di BATAN karena Indonesia, khususnya BATAN dianggap sebagai negara atau institusi yang sudah maju dalam pemanfaatan teknologi nuklir.

Indonesia dalam hal ini BATAN telah dianggap sebagai negara yang maju dalam pengembangan aplikasi teknologi nuklir di bidang pertanian, khususnya pemuliaan mutasi tanaman menggunakan radiasi,” ujar Totti.

Sejauh ini menurut Totti, melalui aplikasi teknologi nuklir, Indonesia telah menghasilkan banyak varietas unggul mutan tanaman penting seperti padi, kedelai, sorgum, kacang hijau, kacang tanah, kapas, dan gandum tropis. Varietas unggul tanaman tersebut telah disebarluaskan dan ditanam oleh masyarakat petani dan telah memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan produksi dan ketahanan pangan Indonesia.

“Kesuksesan BATAN yang telah melepas banyak varietas unggul mutan tanaman, kini menjadi perhatian khusus dalam mempromosikan penggunaan teknologi nuklir bagi kesejahteraan masyarakat di berbagai kalangan seperti petani, pejabat pemerintah, pelajar/mahasiswa dan akademisi,” tambahnya.

Karena keberhasilan itulah, menjadikan Indonesia (BATAN) sebagai tempat tujuan pelatihan internasional bagi peneliti di bidang pemuliaan mutasi tanaman. Beberapa negara yang telah mengikuti pelatihan di BATAN antara lain, Bangladesh, Burkina Faso, Cambodia, China, India, Korea Selatan, LAO P.D.R, Madagascar, Malaysia, Mongolia, Mozambique, Myanmar, Namibia, Nepal, Pakistan, Philipina, Sri Lanka, Tanzania dan Vietnam. Jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah di masa mendatang, apalagi setelah BATAN mendapatkan penghargaan Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA pada bulan September 2014 yang lalu.

Sedangkan pelatihan kali ini, diikuti oleh 14 negara dari kawasan Asia Pasifik yakni, Bangladesh, China, India, Indonesia, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, Vietnam dan Tanzania.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!