JAKARTA, MENARA62.COM–Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengembangkan program desa ternak di Desa Bringinsari, Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah. Program ini berupa pemberian modal, pelatihan, pendampingan dan jaringan pemasaran kepada warga kurang mampu di desa yang berjarak sekitar dua jam dari Kota Kendal tersebut.
Demikian siaran pers yang diterima Menara62.com di Jakarta, Jumat (24/3/2017). Sebanyak 33 warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Alif membudidayakan 300 ekor domba bakalan dengan fasilitas kandang dan alat produksi yang juga disediakan oleh BAZNAS. Program ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan peternak sehingga masalah pada aspek sosial lainnya akan ikut terbenahi.
Pada Idul Adha nanti ditargetkan domba sudah siap dijual ke pasaran untuk memenuhi kebutuhan kurban umat muslim.
Pembina Program Desa Ternak BAZNAS, Arif Fajar mengatakan, pemilihan ternak sebagai tulang punggung program karena warga sudah terbiasa dengan budidaya ternak domba, dan hampir setiap rumah memelihara domba.
Konsep program ini menggunakan konsep pengembangan pertanian terpadu. Selain ternak, nantinya akan ada integrasi pengelolaan antara peternakan, perikanan dan hasil olahan pertanian.
“Kotoran ternak dan urin diolah menjadi pupuk pertanian, limbah pertanian bisa dijadikan pakan ternak dan pakan ikan” kata Arif Fajar, pendamping program tersebut.
Komunitas
Desa Ternak merupakan bagian dari program Zakat Development (ZCD), yakni program yang menyasar komunitas dalam pengentasan kemiskinan secara komprehensif. Pendekatan program ini adalah mengintegrasikan aspek ekonomi dan sosial antara lain pendidikan, kesehatan, agama dan lingkungan, serta aspek advokasi yang pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak dan sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan mandiri.
Desa Bringinsari sebagai desa binaan ZCD dipilih karena tingginya angka kemiskinan di desa tersebut, padahal potensi ekonomi di desa tersebut sangat tinggi. Berdasarkan data Potret Wilayah Kecamatan Sukorejo tahun 2015, total penduduk miskin mencapai 92 persen.
Sementara potensi di desa tersebut merupakan populasi domba terbesar se-Kecamatan Sukorejo, singkong dan jagung terbesar di kecamatan dan potensi alam lainnya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
“Harusnya tingginya nilai potensi ekonomi dibarengi dengan tingginya kesejahteraan masyarakatnya,” katanya.
Berdasarkan pemetaan sosial yang telah dilakukan tim BAZNAS ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Di ntaranya rendahnya pengetahuan dan manajemen bisnis masyarakat, akses modal yang terbatas, dan akses pemasaran yang terbatas.
Untuk mengembangkan program tersebut, BAZNAS membentuk tim pendampingan. Tim ini bertugas untuk memastikan dana tersebut bisa berkembang dan sesuai peruntukanya. Ada 5 aspek pendampingan yang akan dilakukan yaitu aspek pendampingan teknis dan manajemen pertanian dan peternakan, pendampingan kelembagaan, pendampingan usaha kelompok, pendampingan keagamaan dan pendampingan konselor keluarga.
“Diharapkan dengan pendampingan ini akan lebih bisa mengarahkan kelompok baik secara ekonomi, sosial dan pembinaan keluarga,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Alif, Bukhori yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Bringinsari, menyambut antusias program tersebut. Selama ini penduduk/masyarakat Bringinsari hanya ngarit (cari rumput untuk pakan ternak) saja ketika memelihara kambing.
“Sekarang dengan model pendampingan yang dilakukan BAZNAS, masyarakat sudah sedikit banyak tahu tentang manajemen ternak. Äpalagi setiap 2 pekan sekali peternak harus ikut pengajian supaya makin tambah ilmunya dunia dan akhirat” kata Bukhori.