28.8 C
Jakarta

Beban Berat Pemimpin, Bercermin pada Kisah Khulafaur Rasyidin

Baca Juga:

Oleh.Ashari, SIP*

PASKA wafatnya Nabi Muhammad SAW dalam usia 63 tahun, sudah ada generasi terbaik dalam sepanjang sejarah yang tidak pernah tergantikan. Mereka adalah Khulafaur Rasyidin.  Siapa mereka? Menurut pengertian mereka adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti atau pemimpin yang benar, lurus, pintar, cerdas serta memperoleh petunjuk (hidayah), arif dan bijkasana. Mereka adalah adalah Abu Bakar (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab (memerintah 634-644 M), Usman bin Affan (memerintah 644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (memerintah 656-661 M).

Istilah Khulafaur Rasyidin dapat kita jumpai dalam hadits Rasulullah. Nabi bersabda “Umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan ditempatkan di neraka kecuali satu golongan. “Apa yang satu golongan itu?” tanya seorang sahabat. Nabi SAW menjawab “Kelompok ahlus sunnah wal jamaah”.  Sahabat bertanya lagi, ”Siapakah mereka?” Nabi menjawab, “Mereka yang taat kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin”.

Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus nabi. Hanya 31 tahun dimulai dari tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. Namun 31 tahun tersebut sangat menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan masa pemantapan dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur Rasyidin yang berhasil menyelamatkan akidah Islam dari pembangkangan kaum murtad dan nabi palsu. Khulafaur Rasyidin pula yang pertama kali berhasil membawa Islam keluar dari kungkungan padang pasir Jazirah Arab untuk menaklukkan Persia, Syam dan Mesir. Sejarah tentu akan lain jika pada saat itu Khulafaur Rasyidin gagal menunaikan tugasnya.

Dari perjalanan tarikh kita dapat membaca dan memahami betapa berat beban sebagai pemimpin. Karena mereka sebagai panutan umat. Bahkan di era rasul, ketika era informasi dan teknologi belum sedahsyat sekarang, ketika ada masalah, maka rujukan utamanya adalah nabi. Meski Rasul dikenal tidak dapat membaca menulis/buta huruf (ummi) namun Rasul dikenal cerdas. Ke-ummian Rasul justru membuktikan kepada kita bahwa Al-quran dan hadits bukan buatan Muhammad. Namun benar-benar wahyu dari Allah SWT dan hadits adalah segala sikap, perkataan dan perilaku nabi yang ditulis para sahabatnya.

Sebagai pemimpin negara dan pemerintahan, Rasul tidak tertandingi. Memberikan tauladan kepada umatnya. Rasul selalu menerapkan pola satunya kata dan perbuatan. Ketegasannya di medan perang disegani musuh. Namun pada saat yang lain, kasih sayangnya kepada anak-anak yatim juga luar biasa. Kepeduliannya kepada umatnya diatas segalanya. Maka sampai beliau wafat, wasiat terakhir yang sempat direkam oleh Aisyah adalah Umatku, jaga kaum wanita dan pelihara sholat. Justru pada saat akhir kehidupannya, yang diingat adalah umatnya. Bukan hartanya, bukan kedudukannya, bukan pula istrinya.  Subhanallah.

Era Abu Bakar Ash-Shiddiq. Khalifah pertama. Nabi memang tidak berpesan sepeninggal beliau siapa yang akan menggantikannya. Sempat  terjadi perdebatan antara kaum Anshar dan Muhajirin waktu itu, siapa yang pantas menjadi pemimpian. Akhirnya kaum Anshar mengalah untuk tidak merusak hubungan yang sudah terjalin sangat baik selama ini, maka secara aklamasi dipilihlah Abu Bakar sebagai pengganti Nabi. Pidato pertama Abu Bakar yang menggetarkan adalah ”Aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, maka kalau engkau dapati aku baik, ikuti, namun kalau kebanyakan kalian dapati aku salah, ingatkan.”

Mulai Abu Bakar inilah perluasan dakwah Islam bergerak ke luar Jazirah Arab hingga mampu menembus  ke Hiroh (dijadikan pusat pertahanan dan ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul Jandal, Yarmuk, Syam (pernah dikuasai tentara Romawi), dan Syria. Abu Bakar menugaskan empat panglima perangnya untuk menguasai Syria dari Romawi Timur yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius. Mereka adalah Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus, Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Horns, Amr bin Ash ditugaskan di Palestina, dan Surahbil bin Hasanah di Yordan. Peninggalan Abu Bakar yang termashur adalah (1)    Mushaf Al Qur’an. (2) Perluasan wilayah kekuasaan Islam.(3)  Semangat, tekad, sikap untuk berpegang pada kebenaran dan berkorban jiwa harta demi membela agama Islam.

Kepempinan berikutnya diteruskan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Islam berada pada jaman ke-emasannya. Namun dari sejarah kita mencatat bahwa menjadi pemimpin tidak gampang. Orang sering dengan mudah menyalahkan kebijakan pemimpin, karena kadang belum memahami subtansi dibalik kebijakan tersebut.

Pemimpin juga manusia. Maka seperti Abu Bakar bilang kalau salah, umatnya dipersilahkan untuk menegurnya. Semoga kita memiliki pemimpin yang iklas diluruskan jika bengkok. Namun umatnya juga sadar, kalau tugas pemimpin tidaklah ringan. Pemimpin yang adil, akan mendapatkan naungan di padang Mashar, saat tidak ada pertolongan selain dari-Nya. Sekian.

*Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman DIY

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!