28.4 C
Jakarta

Beda Profesor Muhammadiyah dengan Luar Muhammadiyah

Baca Juga:

 

Oleh: Zulkarnain Elmadury

JAKARTA, MENARA62.COM – Ini soal predikat Prof ketika disematkan kepada seorang yang berilmu lebih dengan bidang yang cemerlang dan memiliki kedudukan tertinggi dalam sebuah bidang pendidikan. Bahkan mungkin ucapannya sering menjadi referensi setiap orang. Bisa terdapat dalam lembaga manapun yang punya kaitan erat dengan lembaga pendidikan perguruan tinggi, atau yang sederajat dengannya.

Disebut profesor karena sangat menguasai profesi yang ditanganinya, didukung oleh banyak kemampuan yang berkembang dengan sendirinya pada wilayah pemikirannya.

Tetapi ketika predikat profesor itu disematkan kepada orang yang tidak berakhlak, tidak beradab melainkan sekedar kepada emosional kemampuan yang dianggap sebagai salah satu kehebatannya, maka makna profesor itu menjadi rendah serendah-rendahnya, bahkan lebih buruk dari seorang anak TK yang baru mengenyam pendidikan di PAUD. Ini biasa muncul sebagai bentuk refleksi diri yang tidak berakhlak dan tidak berbudi luhur, sehingga memicu kesombongan berlebihan yang menonjolkan otak dan ototnya sebagai argumen di dalam menebas pemikiran orang lain.

Di Muhammadiyah terlalu banyak profesor yang menduduki jabatan terhormat kedudukan tertinggi baik sebagai orang ormas ataupun sebagai orang pendidikan dan juga pengajar selain pemimpin. Tetapi berbicara profesor pada wilayah Muhammadiyah sungguh sangat menakjubkan karena didukung oleh akhlak yang mulia dan juga didukung oleh ibadah yang melahirkan kalangan profesor tawadhu dan tahu diri, mereka tidak pernah memperjuangkan dirinya atau menonjolkan dirinya dengan kekuatan dan kecerdasan yang dimilikinya.

Keberadaan mereka seringkali muncul dengan keberadaan biasa-biasa saja, tak terpengaruh predikatnya yang setinggi langit itu. Tetapi tetap pada garis ketentuan sebagai hamba Allah yang rendah hati. Itulah para profesor di Muhammadiyah sangat beradab dan berakhlak.

Tetapi kalau mencermati para profesor di luar Muhammadiyah, biasanya didukung oleh busung dadanya yang lebih menonjolkan dirinya dan kehebatannya, tetapi lebih banyak tidak didukung oleh akhlak atau kepribadiannya yang baik, apalagi berbicara soal iman. Mereka tidak manajerial di dalam mengembangkan karakternya sebagai orang yang berpredikat Prof yang terdidik dan berkepribadian mulia. Tetapi lebih pada membusungkan dada dengan parameter yang lebih merendahkan orang lain daripada dirinya sendiri.

Ini banyak kita temui dalam perjalanan ormas-ormas Islam di negeri ini, ada yang menggunakan profesornya untuk menghina dan merendahkan ormas lain, ada yang menggunakan profesornya semata-mata sebagai alat mengadu domba antar sesama umat, sehingga tak mencerminkan sama sekali orang yang terdidik, selain buruk perangai juga buruk suratan kehidupannya yang biasa menatap rendah orang-orang di bawahnya, bahkan banyak profesor suka ngarang-ngarang dalam kehidupannya seperti biasanya cerpenis yang lebih pada daya khayalnya yang tinggi agar bisa lebih mendatangkan pengaruh kepada orang lain. Walaupun mereka tahu dosa, tak pernah menjadi perhitungan dalam hidupnya, yang penting bisa meraih harta kekayaan dan pangkat yang terhormat, lebih gila lagi profesor seperti ini banyak menjilat pada kekuasaan, apapun dilakukan demi kekuasaan yang penting bisa terus-menerus menduduki kursi panas jabatan yang pernah diraihnya.

Jika di Muhammadiyah pada umumnya seorang Prof itu adalah amanah Allah, mereka sangat mengedepankan kepribadian yang mulia dan ucapan yang sopan santun di dalam membimbing umat bahkan tidak pernah menepuk dadanya sebagai kehebatannya yang dimiliki. Tetapi para Prof di Muhammadiyah lebih menonjolkan keimanannya kepada Allah, lebih menonjolkan keberadaan dirinya sebagai hamba Allah. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetap membimbing Prof-Prof yang ada di Muhammadiyah selalu berketeladanan sepanjang hayat dikandung badan.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!