SOLO, MENARA62.COM – Sebanyak 160 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Surakarta mengikuti kegiatan Pembelajaran Luar Kelas, Jumat (10/11/2023). Kegiatan pembelajaran sejarah dilaksanakan di Monumen Pers Nasional. Jalan Gajah Mada 59 Surakarta. Mereka dibawah bimbingan Dra. Willys Sari Listiyani, S.Pd., Norfa Eza Firas Noufal, S.S. dan Muhammad Supriyanto, S.Pd.
Tujuan kegiatan dilaksanakan agar peserta didik dapat mengetahui dan merasakan materi yang telah mereka pelajari di dalam kelas dengan beradaptasi dengan sumber yang mereka lihat lingkungan alam sekitar. Melalui sumber-sumber sejarah mereka akan mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, serta memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar.
Menurut guru pembimbing Sejarah, Dra. Willys Sari Listiyani, M.Pd. mengucapkan syukurnya atas terlaksananya kegiatan ini. “Alhamdulillah pembelajaran di Monumen Pers sangat tepat dengan materi yang sedang dibahas mengenai sumber-sumber sejarah. Peserta didik akan banyak menemukan sumber-sumber primer.
Selama di Monumen Pers peserta didik dipandu untuk mengelilingi Monumen Pers yang meliputi ruang Audio Visual, ruang Mangkunegaran, ruang Pameran Sejarah Pers, ruang Konservasi dan ruang Perpustakaan.
Di ruang Audio Visual peserta didik dikenalkan sejarah gedung Monumen Pers. Gedung ini dibangun atas prakarsa KGPAA Sri Mangkunegoro VII, Pangeran Adipati Aryo Prangwedana pada tahun 1918 dan diperuntukkan sebagai balai pertemuan, gedung Societiet Sasana Soeka Mangkunegaran. Letaknya di sebelah barat Pura Mangkunegaran. Sasono Soeko adalah satu dari tiga bangunan societeit yang pernah ada di Surakarta selain societeit harmoni dan societeit habiproyo.
Sebagai lokasi pertemuan, Sasono Soeko pernah dijadikan tuan rumah rapat pendirian Solosche Radio Vereeniging (SRV) atau Perkumpulan Radio Solo pada 1 April 1933. Inilah stasiun radio pertama yang dimiliki pribumi dengan format siaran soal budaya ketimuran. SRV adalah cikal bakal lahirnya Radio Republik Indonesia.
Sasono Soeko sempat pula menjadi markas Palang Merah Indonesia Surakarta dan tempat rapat Bumiputera pada 1934.
Pada awal kemerdekaan, 9 Februari 1946, dilaksanakanlah Konferensi Wartawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia, yang melahirkan organisasi profesi kewartawanan dengan nama Persatuan Wartawan Indonesia. Tanggal 9 Februari 1978 Presiden Soeharto meresmikan gedung Societiet Sasana Soeka menjadi Monumen Pers Nasional dengan penandatanganan prasasti.
Gedung Monumen Pers sebagai cagar budaya. Bangunan Monumen Pers Nasional merupakan perpaduan gaya timur dan barat. Gaya timur nampak seperti bangunan Candi Borobudur. Gaya barat terlihat dari bentuk jendela, pintu, dan langit-langit yang tinggi, khas arsitektur art deco Eropa.
Sekitar 1 jam peserta didik mengelilingi Monumen Pers. Mereka mendengarkan penjelaskan dari pemandu dan sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Tidak lupa mereka membuat gambar foto mereka saat di Monumen Pers.
Menurut salah satu peserta didik Cesa Daim Piarsa, kelas X 5 merasa senang. “Senang dan seru karena kita dapat mengenal apa yang kita tidak tahu,” ucapnya.
Senada dengan Nayla Syifa Ardhea Yusuf Putri, kelas X 2. “Seruu banget buu????, soalnya kan ini pertama kali juga bu, jadi makin berkesan kunjungan ke monumen persnya buu. Untuk bu willys juga saya berterima kasih kepada ibu, karena telah membimbing kami saat berkunjung tadi,” ucap Nayla. (*)