28.2 C
Jakarta

Belajar Sepanjang Hayat

Baca Juga:

Belajar sepanjang hayat. ‎“Carilah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. Demikian sabda Sang ‎Nabi SAW. Pesan singkat namun sarat makna tersebut hendaknya menjadi ‎prinsip hidup yang terus kita pegang erat.‎

Ya, mencari ilmu atau dalam bahasa yang lebih umum disebut dengan ‎belajar, adalah sebuah proses untuk menggali serta mendapatkan ‎pengetahuan. Dengan belajar, kita akan mendapatkan informasi tentang ‎sesuatu atau bahkan banyak hal yang selama ini belum kita ketahui. Dengan ‎belajar wawasan kita bertambah, pikiran kita terbuka, serta nalar kita ‎berkembang. ‎

Belajar dalam pengertiannya yang luas, tidak dibatasi oleh sekat-sekat ‎formal, seperti jenjang pendidikan yang lazim kita jumpai saat ini, yaitu dari ‎tingkat Pendidikan Anak Usia Dini, hingga Perguruan Tinggi. Pun tidak ‎dibatasi oleh usia. Belajar adalah proses yang terus berlanjut sejak kita hadir ‎di dunia ini hingga kelak saatnya meninggalkan dunia ini. Belajar yang ‎sesungguhnya adalah sepanjang masa, sepanjang hayat.‎

Pertanyaannya kemudian, mengapa setiap manusia diperintahkan ‎untuk belajar? Jawaban atas pertanyaan ini sudah disampaikan oleh Al-Qur’an ‎dalam sejumlah ayatnya. Di antara yang sering dikutip oleh para ulama adalah ‎ayat tentang akan diangkatnya derajat orang yang berilmu— setelah ‎sebelumnya beriman— beberapa derajat, seperti termaktub dalam Q.S. Al-‎Mujadilah: 11).‎

Jawaban lain atas pertanyaan di atas disampaikan oleh para ulama ‎yang menyatakan bahwa setiap manusia harus membekali diri dengan ilmu ‎pengetahuan. Karena hanya dengan ilmu pengetahuan yang memadai, ‎seseorang dapat memahami hakikat dirinya. Lebih jauh, dengan ilmu ‎pengetahuan yang terus menerus bertambah dan berkembang, seseorang ‎dapat mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Tanpa ilmu ‎pengetahuan, seseorang akan kesulitan memahami hakikat dirinya, lebih-lebih ‎memahami hakikat Tuhannya.‎

Baca

Pesan Sang Nabi SAW di atas, didasarkan pada wahyu yang pertama ‎kali turun dan diterima beliau, yaitu perintah untuk membaca. Iqra! Bacalah! ‎Perintah ini, meski singkat, tetapi mengandung sebuah pesan yang sangat ‎dalam. ‎

Para ulama menafsirkan makna dari perintah membaca ini, dengan dua ‎kategori ayat yang harus dibaca dan dikaji oleh umat manusia. Pertama, ayat-‎ayat qauliyah/kitabiyah berupa firman Tuhan yang termaktub dalam teks Al-‎Qur’an, dan ayat-ayat kauniyah, yaitu seluruh fenomena alam yang terhampar ‎di jagat raya ini.‎

Komaruddin Hidayat dalam bukunya Agama Punya Seribu Nyawa ‎menambahkan, selain ayat-ayat kitabiyah dan kauniyah, juga penting bagi ‎kita membaca ayat-ayat nafsiyah, yaitu wahyu yang tertulis di dalam diri ‎manusia, dan juga ayat-ayat ijtima’iyah-tarikhiyah, yaitu wahyu yang bekerja ‎melalui hukum sejarah.‎

Dari beberapa keterangan di atas, dapat dipahami bahwa proses ‎belajar, yang salah satunya dimulai dengan aktivitas membaca adalah sebuah ‎langkah untuk meneliti, menelaah, serta mendalami ilmu pengetahuan yang ‎tersebar di muka bumi ini.‎

Belajar sepanjang hayat akan menuntun kita pada kedewasaan ‎berpikir, bersikap dan bertindak. Aktivitas belajar ini akan bernilai tinggi dan ‎membawa manfaat serta keberkahan jika dilandasi oleh nilai-nilai spiritual ‎dengan menyertakan Tuhan dalam setiap kesempatan, setiap saat dan waktu. ‎Sebab jika tidak, maka proses belajar sepanjang hayat ini hanya akan ‎melahirkan orang-orang yang berpengetahuan tinggi, berwawasan luas, tetapi ‎minus nilai-nilai spiritual. Walhasil, akan lahir manusia-manusia arogan, yang ‎merasa apa yang mereka pahami hanya bersumber pada logika dan ‎rasionalitas semata.‎

So, belajarlah sepanjang hayat dengan selalu menyertakan Tuhan ‎bersama kita.‎

Ruang Inspirasi, Selasa, 2 Mei 2023.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!