Belajar sepanjang hayat. “Carilah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”. Demikian sabda Sang Nabi SAW. Pesan singkat namun sarat makna tersebut hendaknya menjadi prinsip hidup yang terus kita pegang erat.
Ya, mencari ilmu atau dalam bahasa yang lebih umum disebut dengan belajar, adalah sebuah proses untuk menggali serta mendapatkan pengetahuan. Dengan belajar, kita akan mendapatkan informasi tentang sesuatu atau bahkan banyak hal yang selama ini belum kita ketahui. Dengan belajar wawasan kita bertambah, pikiran kita terbuka, serta nalar kita berkembang.
Belajar dalam pengertiannya yang luas, tidak dibatasi oleh sekat-sekat formal, seperti jenjang pendidikan yang lazim kita jumpai saat ini, yaitu dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini, hingga Perguruan Tinggi. Pun tidak dibatasi oleh usia. Belajar adalah proses yang terus berlanjut sejak kita hadir di dunia ini hingga kelak saatnya meninggalkan dunia ini. Belajar yang sesungguhnya adalah sepanjang masa, sepanjang hayat.
Pertanyaannya kemudian, mengapa setiap manusia diperintahkan untuk belajar? Jawaban atas pertanyaan ini sudah disampaikan oleh Al-Qur’an dalam sejumlah ayatnya. Di antara yang sering dikutip oleh para ulama adalah ayat tentang akan diangkatnya derajat orang yang berilmu— setelah sebelumnya beriman— beberapa derajat, seperti termaktub dalam Q.S. Al-Mujadilah: 11).
Jawaban lain atas pertanyaan di atas disampaikan oleh para ulama yang menyatakan bahwa setiap manusia harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Karena hanya dengan ilmu pengetahuan yang memadai, seseorang dapat memahami hakikat dirinya. Lebih jauh, dengan ilmu pengetahuan yang terus menerus bertambah dan berkembang, seseorang dapat mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Tanpa ilmu pengetahuan, seseorang akan kesulitan memahami hakikat dirinya, lebih-lebih memahami hakikat Tuhannya.
Baca
Pesan Sang Nabi SAW di atas, didasarkan pada wahyu yang pertama kali turun dan diterima beliau, yaitu perintah untuk membaca. Iqra! Bacalah! Perintah ini, meski singkat, tetapi mengandung sebuah pesan yang sangat dalam.
Para ulama menafsirkan makna dari perintah membaca ini, dengan dua kategori ayat yang harus dibaca dan dikaji oleh umat manusia. Pertama, ayat-ayat qauliyah/kitabiyah berupa firman Tuhan yang termaktub dalam teks Al-Qur’an, dan ayat-ayat kauniyah, yaitu seluruh fenomena alam yang terhampar di jagat raya ini.
Komaruddin Hidayat dalam bukunya Agama Punya Seribu Nyawa menambahkan, selain ayat-ayat kitabiyah dan kauniyah, juga penting bagi kita membaca ayat-ayat nafsiyah, yaitu wahyu yang tertulis di dalam diri manusia, dan juga ayat-ayat ijtima’iyah-tarikhiyah, yaitu wahyu yang bekerja melalui hukum sejarah.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar, yang salah satunya dimulai dengan aktivitas membaca adalah sebuah langkah untuk meneliti, menelaah, serta mendalami ilmu pengetahuan yang tersebar di muka bumi ini.
Belajar sepanjang hayat akan menuntun kita pada kedewasaan berpikir, bersikap dan bertindak. Aktivitas belajar ini akan bernilai tinggi dan membawa manfaat serta keberkahan jika dilandasi oleh nilai-nilai spiritual dengan menyertakan Tuhan dalam setiap kesempatan, setiap saat dan waktu. Sebab jika tidak, maka proses belajar sepanjang hayat ini hanya akan melahirkan orang-orang yang berpengetahuan tinggi, berwawasan luas, tetapi minus nilai-nilai spiritual. Walhasil, akan lahir manusia-manusia arogan, yang merasa apa yang mereka pahami hanya bersumber pada logika dan rasionalitas semata.
So, belajarlah sepanjang hayat dengan selalu menyertakan Tuhan bersama kita.
Ruang Inspirasi, Selasa, 2 Mei 2023.