JAKARTA, MENARA62.COM – Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2019, Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) DKI Jakarta bekerjasama dengan Tim Pengabdi Masyarakat Departemen Ilmu Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia gelar pemeriksaan dan konsultasi gigi di arena car free day, Ahad (28/7/2019). Kegiatan bertema ‘Senyum Jakarta Sehat’ tersebut menerjunkan sekitar 100 dokter gigi.
“Kami menyasar masyarakat pengunjung car free day untuk berolahraga sekaligus memeriksakan gigi, terutama gigi anak-anak,” kata Ketua IDGAI DKI Jakarta Dr. Eva Fauziah, drg. Sp.KGA (K).
Menurut Eva, banyak orangtua yang abai terhadap kesehatan gigi anak-anak. Mereka baru peduli setelah anak mengeluh sakit gigi.
Padahal masalah gigi pada anak menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius. Sebab gigi pada anak tidak sekedar menyangkut kesehatan gigi secara fisik tetapi juga pertumbuhan tubuh anak dan estetika gigi. Jika anak menderita sakit gigi tentu pola makan dan asupan nutrisi menjadi terganggu.
Eva mengatakan idealnya seorang anak mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali. Tetapi pada fase pertumbuhan gigi tetap sekitar 7 sampai 12 tahun, sebaiknya kunjungan ke dokter gigi dilakukan lebih cepat antara 3 atau 4 bulan sekali. Pada fase tersebut gigi susu akan tanggal digantikan oleh gigi tetap.
“Banyak kasus anak yang gigi tetapnya sudah tumbuh tetapi ternyata gigi susunya masih kuat akarnya. Jika dibiarkan tentu akan tumbuh berhimpitan atau malah menimbulkan masalah lainnya,” lanjut Eva.
Karena itu sangat disarankan pada fase pergantian gigi susu ke gigi tetap, kunjungan ke dokter gigi lebih ditingkatkan intensitasnya. Dengan cara demikian maka pertumbuhan gigi tetap bisa dimonitor oleh dokter. Jika ada pertumbuhan yang tidak normal atau ada gigi susu yang belum tanggal, maka dokter gigi bisa melakukan intervensi medis.
Eva juga mengimbau masyarakat yang akan memasang kawat gigi, sebaiknya jangan ke tukang gigi. Sebab gigi itu menyangkut banyak syaraf tubuh. Sehingga penanganannya harus hati-hati.
“Kawat gigi dipasang kan untuk memperbaiki estetika atau penampilan gigi. Ada tindakan-tindakan intervensi yang dilakukan saat pemasangan kawat gigi dan itu sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi,” kata Eva.
Tarif tukang gigi untuk memasang kawat gigi diakui Eva memang sangat murah sekitar sepertiga atau seperempat dari tariff dokter gigi. Tetapi pemasangan kawat gigi bukan pada ahlinya sangat berisiko.
Terkait kegiatan Senyum Jakarta Sehat, Ketua Tim Pengabdi Masyarakat Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) Dr. Mochamad Fahlevi Rizal, drg., Sp.KGA (K) mengatakan angka prevalensi gigi berlubang pada anak-anak di Indonesia sangat tinggi. Hasil riset kesehatan dasar 2018 menyebutkan 92,6 persen anak SD menderita gigi berlubang.
“Hal ini ini menjadi perhatian kami para praktisi kesehatan gigi khususnya Dokter Gigi Spesialis Kesehatan Gigi Anak, mengingat minimnya informasi mengenai kesehatan gigi mulut Anak serta tingginya biaya pelayanan kesehatan gigi Anak. Maka melalui kegiatan ini kami ingin meningkatkan pemahaman dan kebiasaan masyarakat untuk memeriksakan dan memperbaiki kesehatan gigi dan mulut putra putrinya,” katanya.
Gigi berlubang pada anak bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Tetapi sebagian besar disebabkan oleh faktor pemeliharaan kesehatan gigi yang buruk dimana anak malas sikat gigi, konsumsi makanan manis pada anak, kebiasaan minum susu atau minuman manis menjelang tidur.
Kegiatan ini diselenggarakan dengan harapan dapat memberikan edukasi sejak dini mengenai kesehatan gigi mulut anak dan orangtua. Sehingga dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kesehatan gigi mulut dan dapat menurunkan angka terjadinya gigi berlubang pada masyarakat Indonesia.