29.7 C
Jakarta

Berita Hoax Potensi Memecah Kesatuan Bangsa

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Kepala Kepolisan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kapolda DIY), Brigjen Pol Drs Ahmad Dofiri MSi mengatakan kesatuan dan persatuan bangsa. Karena itu, pihaknya mengharapkan agar masyarakat harus lebih kritis ketika menerima berita dari media sosial.

Kapolda DIY mengungkapkan hal tersebut pada ‘Kuliah Umum Kepemimpinan Merajut Kebhinekaan di Era Kompetisi dan Tantangan Global’ di Auditorium Prof KH Abdulkahar Mudzakkir Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Selasa (16/5/2017). Kuliah umum dibuka Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH, LLM, MHum, PhD dan dihadiri perwakilan mahasiswa dari seluruh fakultas yang ada di UII.

Lebih lanjut Ahmad Dofiri mengatakan berita hoax adalah informasi salah/palsu yang dibuat seperti nyata agar dipercayai sebagai fakta. Bila tidak kritis, pembaca berita hoax bisa mempercayainya.

Berdasarkan data yang dimiliki, Dofiri mengatakan tahun 2016 ada situs berita hoax sebanyak 800 ribu. Selama satu bulan, situs tersebut menyebarkan 66.666 berita palsu. Sedang dalam waktu satu menit dua situs mengeluarkan berita hoax.

Awal tahun 2017, lanjut Kapolda, Yogyakarta termasuk dalam tiga terbesar penyebar hoax di Twitter. Sepuluh besar kota penyebar hoax adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Bekasi, Medan, Malang, Tangerang dan Semarang.

“Traffic kunjungan situs hoax sangat tinggi sehingga berpengaruh terhadap pendapatan. Satu bulan situs tersebut bisa meraih ratusan juta rupiah. Bahkan beberapa pasangan calon yang bertarung di Pilkada menggunakan jasa perusahaan yang berbasis di Yogyakarta,” kata Ahmad Dofiri.

Menurut Dofiri, berita hoax ini merupakan salah satu tantangan bagi negara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa. “Bahkan apabila berita hoax ini dibiarkan terus menerus bisa menggerogoti ikatan kebhinekaan Indonesia dan ujungnya perpecahan,” tandasnya.

Sementara Rektor UII, Nandang Sutrisno mengatakan isu kebhinekaan sedang menjadi tren saat ini. Isu ini muncul ketika ada pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bahkan diprediksikan pada tahun 2018 hingga 2019, isu ini akan terus berkembang.

Nandang memandang penting membahas sekaligus mencari solusi pemecahannya terhadap isu kebhinekaan ini. Selama ini ketegangan akibat isu kebhinekaan ini diawali dengan permasalah sepele hingga masalah serius. “Masalah sepele bisa menjadi besar, karena memang ada yang membesarkan,” kata Nandang.

Nandang berharap agar isu kebhinekaan perlu diantisipasi agar tidak menjadi besar. Sebab ke depan masih banyak permasalahan yang akan dihadapi bangsa Indonesia yaitu globalisasi. Adanya kesatuan dan persatuan bangsa menjadi modal untuk bisa bersaing di kancah global.

Penulis : Heri Purwata

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!