SURABAYA, MENARA62.COM — Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara (PPSDMPU), Badan Pengembangan SDM Perhubungan Heri Sudarmaji dan Direktur Eksekutif JIT Training and Resources Malaysia, Muhammad Imran Bin Ismail, melaksanakan pembahasan tindak lanjut Memorandum of Understanding antara PPSDMPU dan JIT Training and Resources Malaysia tentang Pengembangan SDM Perhubungan Udara, di Kampus Politeknik Penerbangan (Poltekbang) Surabaya.
Kali ini, kedua pihak membahas antara lain tentang Politeknik Penerbangan Indonesia Curug (PPIC) sebagai induk dari Lembaga Pelatihan Penerbangan yang akan mendapatkan EASA 147 Direct Approval, dan Poltekbang Surabaya, Poltekbang Makassar, dan Poltekbang Medan menjadi second site atau satelit.
Dalam mempersiapkan EASA 147 Direct Approval Heri mengungkapkan, PPI Curug di tahun 2020 akan melakukan beberapa hal antara lain meliputi proses validasi modul dan soal, penentuan Key Person untuk EASA, dan pelaksanaan Instructor Development Program terutama untuk English proficiency (IELTS) dan EASA module. EASA 147 Direct Approval
“Sesuai Article 6 of the Commission Regulation (EU) No. 1321/2014, hanya lembaga diklat yang telah mendapatkan approval yang dapat menyelenggarakan training teknisi pesawat udara. Submission EASA 147 Direct Approval PPI Curug ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan direncanakan akan mendapatkan approval pada tahun 2021 dengan pembuatan action plan dan timeline yang terukur (audit readiness maksimum pada bulan Oktober 2020). Sebagai Induk Pelatihan PPI Curug dengan pendampingan  JIT akan melakukan analisa berdasarkan data dan evaluasi yang sudah tersedia”, ungkap Heri.
Pada  pembahasan kali ini juga dipaparkan hasil temuan gap analysis yang dilakukan di Poltkebang Makassar dan Poltekbang Medan yang diselenggarakan oleh JIT dan GMF Aero Asia dalam rangka kebutuhan pemenuhan EASA 147 approval requirement. Hasil temuan gap analysis di kedua sekolah tersebut bersifat minor antara lain terkait training facility and procedures dan personnel competency.
“Gap analysis harus dilakukan di seluruh sekolah yang akan menjadi satelit. Setelah dilakukan gap analysis di seluruh sekolah, JIT memberikan saran perihal pembagian kebutuhan pemenuhan EASA 147 approval requirement sesuai dengan kekhususan masing-masing sekolah,” ucap Heri, Jumat (17/1/2020)
Selain pembahasan tersebut, juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Poltekbang Surabaya dengan JIT Training and Resources Malaysia dengan poin kerjasama meliputi persiapan EASA 147 gap analysis and approval serta pengembangan dan pemasaran program diklat, fasilitas, dan alumni yang dimiliki Poltekbang Surabaya kepada pasar Asia Tenggara.
Heri juga mengajak Lembaga Diklat Transportasi Udara di bawah Kementerian Perhubungan yang belum melaksanakan penandatangan MoA dengan JIT Training and Resources agar segera menindaklanjuti hingga terlaksananya penandatanganan MoA dalam rangka Gap Analysis.
Sebelumnya PPSDMPU dan JIT Training and Resources Malaysia telah melakukan penandatanganan MoU pada tanggal 14 September 2019. Dalam MoU tersebut telah disepakati beberapa bentuk kerjasama yaitu, pertama adalah konsultasi dan impelementasi EASA Part 147 Direct Approval dengan beberapa satelit. Kedua yaitu Program Pengembangan Instruktur untuk EASA Part 147 Direct Approval dan program lainnya. Ketiga yaitu pemasaran program Diklat yang dimiliki oleh seluruh Politeknik yang berada di lingkungan BPSDM Perhubungan kepada pasar global terutama di wilayah ASEAN.
Selanjutnya yaitu pengembangan potensi jenis program pelatihan baru sesuai dengan permintaan pasar penerbangan global, dan bentuk kerjasama kelima yaitu JIT Training and Resources memasarkan fasilitas training workshop yang dimiliki oleh seluruh Politeknik yang berada di lingkungan BPSDM Perhubungan kepada pasar internasional.
“Sebagaimana yang disampaikan Bapak Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi yang juga dijadikan target kinerja oleh Ibu Kepala BPSDM Perhubungan adalah peningkatan capacity dan kualitas sekolah-sekolah BPSDMP agar dapat bersaing pada tingkat regional dan internasional, bukan hanya sekolahnya saja tapi juga lulusannya dapat unggul dalam persaingan kerja di industri transportasil,” pungkas Heri. (*)