JAKARTA, MENARA62.COM– Budaya memiliki peran penting untuk kemajuan sebuah bangsa. Amerika Serikat, Korea, Jepang, China dan sejumlah negara di kawasan Eropa melesat menjadi negara maju karena mengikuti budayanya.
Tetapi Indonesia, negeri yang dikenal memiliki DNA kuat budaya, ternyata hingga saat ini seperti belum menemukan jati dirinya. Budaya lokal, belum mendapatkan tempat selayaknya, bahkan cenderung dianggap kuno, lalu ditinggalkan oleh generasi muda.
“Generasi muda kita memang maju dari segi teknologi informasi, mereka jago IT. Tetapi bagaimana dengan budaya. Bagaimana mengisi pembangunan negeri ini?” kata Dohardo Pakpahan, Asdep V Bidang Kebudayaan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di sela peluncuran Lomba Cipta Kriya bertema Pemberdayaan Nilai Perjuangan RA Kartini Menuju Emansipasi dan Kemandirian Publik, Jumat (17/03/2017).
Ia mengingatkan bahwa sejatinya budaya bukan sekedar menari dan menyanyi. Budaya memiliki makna yang luas dan bisa menjadi energi kuat membangun negeri ini. Budaya juga bisa dieksploitasi untuk kemaslahanan masyarakat. Ada seni kriya, ada seni lukis, ada diplomasi, juga peninggalan bersejarah seperti Candi Borobudur. Dan saat ini budaya memiliki cakupan lebih luas dengan munculnya ekonomi kreatif.
Sebuah budaya, lanjut Dohardo akan dikenang dan menjadi sumber pembelajaran ketika tertulis dengan baik. Masyarakat bisa membacanya dan menjadikan sumber reverensi. Seperti halnya Candi Borobudur, kegiatan surat menyurat RA Kartini dan lainnya.
“Kekuatan sebuah tulisan bisa mempengaruhi pemikiran orang. Maka ketika sebuah kegiatan dituliskan dengan baik, pada saatnya nanti akan menjadi peninggalan budaya,” lanjutnya.
Karena itu, ketika Indonesia menetapkan RA Kartini sebagai seorang pahlawan emansipasi, itu bukan semata Kartini telah berhasil mendombrak tradisi yang mengungkung perempuan Indonesia di jamannya. Kartini kata Riza Abdilla dari Blue Economy Fondation (BEF) ditetapkan sebagai pahlawan karena semua ide dan pemikirannya terkait budaya bangsa yang dituliskannya melalui kegiatan surat menyurat dengan Ny Abendanon di negeri Belanda.
Tak sekedar tentang budaya, surat-surat RA Kartini ternyata juga menjadi upaya diplomasinya tentang Indonesia, tentang kegiatan perdagangan, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Ini yang sangat jarang diketahui oleh masyarakat luas.
Karena itu dalam rangka peringatan Hari Kartini 2017, BEF menggagas diselenggarakannya lomba cipta kriya (tekstil dan kayu). Lomba ini menjadi bagian dari upaya mengenal RA Kartini lebih mendalam lagi. Tak sekedar menjadi pahlawan emansipasi perempuan tetapi sekaligus tokoh inspirator kreativitas yang pernah dimiliki bangsa Indonesia.
Lomba terbuka untuk umum dengan media dan tehnik karya bebas. Panitia menunggu pengiriman karya peserta lomba hingga 15 April 2017 dan pengumuman pemenang akan dilaksanakan di Jepara pada peringatan Hari Kartini.