YALA, MENARA62.COM– Sebanyak 110 calon mahasiswa asal Thailand mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi Muhammadiyah. Proses seleksi dilakukan mulai dari seleksi administratif hingga wawancara langsung yang dilakukan oleh SBPAC (Southern Border Province Administration Center (SBPAC) Thailand.
“Ini merupakan yang kesembilan kali dilakukan perguruan tinggi Muhammadiyah,” jelas Prof Edy Suandi Hamid, Ketua Kantor Urusan Internasional PTM Ida Puspita, yang juga dosen pada Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Kamis (04/05/2017).
Seleksi yang dilakukan di kantor SBPAC Yala tersebut dihadiri Direktur Kerjasama SBPAC Teeruth Supawiboonpol dan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah.
Diakui awalnya program ini hanya melibatkan 13 perguruan tinggi Muhammadiyah. Tetapi tahun ini meningkat menjadi 18 perguruan tinggi Muhammadiyah.
“Selama 9 kali seleksi, total jumlah mahasiswa asal Thailand yang kuliah di perguruan tinggi Muhammadiyah sudah ratusan orang,” lanjut Prof Edy.
Prof Edy menyampaikan, adanya kerja sama ASEAN dalam MEA (Masyarakat Ekonomi Eropa) akan berimbas pada makin terbukanya pasar intra ASEAN dalam bidang pendidikan tinggi ini. Dimana selama ini Indonesia lebih banyak menjadi pasar bagi negara lain.
“Nah Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya sudah berkhikmat di bidang pendidikan, melakukan ekspansi juga ke mancanegara. Beberapa tahun terakhir ini kita secara khusus ke Thailand. Ke depan akan banyak negara yang kita garap,” ujarnya.
Ditambahkan, selama ini mahasiswa asing seperti dari negara-negara Asia, Australia dan Amerika sudah menyebar di perguruan tinggi Muhammadiyah. Namun jumlahnya masih terbatas, dan ini mereka datang secara individual, belum didesain secara khusus seperti yang di Thailand.
“Kita juga aktif mengikuti pameran-pameran pendidikan di luar negeri. Agustus nanti kita ikut pameran pendidikan yang diadakan di Songkhla, Thailand Selatan ini,” kata mantan Rektor UII tersebut.
Untuk masuk lebih jauh pasar ASEAN, bahkan Muhammadiyah sudah punya gagasan untuk mengakuisisi perguruan tinggi di wilayah ASEAN. Meski gagasan tersebut hingga kini masih dikaji terus secara mendalam.
Dalam kunjungan tersebut dibahas pula rencana perluasan kerjasama dengan mengubah MOU yang sudah ditandatangani sejak sembilan tahun lalu. Pembahasan dilakukan dengan Deputi Sekjen SBPAC Somkeart Ponorayoon.
Direncanakan kemungkinan memperluas cakupan provinsi yang semula hanya lima provinsi menjadi 14 provinsi. Mahasiswa yang diterima juga tak hanya yang beragama Islam tetapi juga yang beragama lain, seperti Budha yang merupakan agama mayoritas di Thailand.
“Kita tunjukkan bahwa Perguruan Muhammadiyah bersifat inklusif dan mendidik siapapun yang ingin belajar, apapun keyakinannya. Di Papua dan NTT, lebih 80 persen mahasiswa PTM adalah nonmuslim,” tutup Prof Edy.