SAMARA, MENARA62.COM — Kemacetan, menjadi masalah klasik kota besar. Semua negara yang bergerak ekonominya, pasti mengalami masalah ini.
Kemacetan adalah risiko yang harus ditanggung, dari dinamisnya perputaran roda ekonomi. Walau hasilnya, hanya “menetes” sedikit-sedikit ke mulut rakyat yang menganga. Sambil kepalanya menengadah, berharap dikasihani oleh sistem kapitalisme.
Kota-kota di Indonesia, tidak terhindarkan mengalami masalah kemacetan ini. Bukan hanya Jakarta, kini ekonomi sudah bergerak dinamis ke kota-kota lain di tanah Zamrud Khatulistiwa. Pemerintah Pusat, menggenjot pembangunan infrastruktur. Disusul tiap-tiap Pemerintah Daerah, yang juga berlomba melakukan pembangunan.
Tapi kembali lagi, risiko dari pembangunan dan peningkatan dinamika ekonomi adalah, kemacetan. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengentaskan masalah laten yang sudah ada sejak awal orde baru ini?
Solusinya bisa kita pelajari dari Kota Moscow. Ibu kota Negeri Beruang Merah, Rusia. Salah satu kota kuno yang sudah berperadaban sejak dulu. Menjadi Ibu Kota Kekaisaran Rusia, Ibu Kota Uni Soviet, hingga kini menjadi Ibu Kota Rusia.
Kota ini memang masih belum sembuh dari macet. Di jam-jam tertentu Moscow tentu masih macet. Tapi kita bisa ambil pelajaran dari bagaimana Moscow mengatur Metro nya. Kita bisa adaptasi itu untuk mengatur moda-moda transportasi di Indonesia.
Keberadaan Metro di Moscow, lebih dari sekadar moda transportasi. Tapi juga titik kumpul, tempat belajar, dan tempat yang dibanggakan oleh rakyat Rusia, khususnya yang berada di Moscow.
Stasiun Metro di Moscow, dibuat bukan hanya sekadar menjadi stasiun. Melainkan ajang pamer kedigdayaan. Stasiun Metro di Moscow dibuat mewah sedemikian rupa, memamerkan mahakarya arsitektur Uni Soviet. Stasiun juga dibuat sangat nyaman, untuk menjadi tempat berdialektika sambil menunggu kereta. Di sini, calon penumpang Metro dibuat leluasa bergerak, jika keadaan sedang penuh atau ANTRI.
Selain itu, Metro di Moscow dibuat luas jangkauannya, dan banyak rutenya. Sehingga semua lokasi-lokasi krusial di Moscow dapat diakses melalui Metro. Tingkat keluasan dan keterhubungan yang tinggi ini bisa kita ambil juga untuk diterapkan di Indonesia.
Hal luar biasa berikutnya dari Metro di Rusia, adalah kecepatan dan manajemen waktu. Metro adalah kereta yang mengandalkan kecepatan sebagai nilai jualnya. Di Moscow, selain kecepatan kereta yang sangat cepat, jeda antar kereta Metro sangat singkat. Kurang dari 10 menit, bahkan ada yang kurang dari 5 menit, kereta berikutnya dari rute yang sama sudah datang.
Selain itu, waktu kedatangan keretapun selalu akurat. Ini menjadi nilai jual yang sangat penting untuk moda transportasi umum. Kecepatan dan akurasi manajemen waktu.
Pelajaran untuk Indonesia
Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari Metro di Moscow. Selain dari sisi kecepatan, manajemen waktu yang akurat, serta manajemen-manajemen teknik perkeretaan yang masih jauh dari Indonesia. Kita bisa ambil pelajaran lain dengan pendekatan lain.
Bagaimana kalau, kita jadikan stasiun-staiun kereta, bandara-bandara, dan terminal-terminal bis kita “museum” untuk memamerkan juga kedigdayaan Bangsa Indonesia. Kita punya banyak sekali khazanah budaya, baik dari segi arsitektur, seni kriya, seni musik, atau karya seni lainnya, yang sangat pantas untuk dipamerkan.
Sehingga pengguna, bisa menggunakan transportasi publik bukan sekadar untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tapi juga sebagai ajang rekreasi kecil, bahkan menjadi pemantik inspirasi. Sehingga lelah dari penatnya kerja bisa terurai, dan mendapatkan kesan perjalanan yang inspiratif.
Tujuan dari perubahan ini, sederhana. Kita bisa memanusiakan, manusia-manusia Indonesia pengguna transportasi publik. Dengan perjalanan yang nyaman, cepat, tepat waktu, dan penuh inspirasi.
Kita mesti pastikan, transportasi publik Indonesia, bisa membuat penggunanya tersenyum. Jika hati pengguna sudah nyaman, dan perjalanan sudah terasa menyenangkan, akan timbul kesetiaan menggunakan transportasi publik. Serta, bertambah banyak penggunanya di masa depan.