JAKARTA, MENARA62.COM – Lulus pada masa pandemi dengan situasi pertumbuhan ekonomi nasional yang minus tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tetapi Anjani, Nabila dan Erlangga tidak lantas meratapi nasib. Wisudawan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) yang berhasil meraih nilai tertinggi tersebut sudah menyiapkan berbagai perencanaan (plan) untuk menghadapi masa depannya.
“Berharap bisa masuk ke dunia industri sesuai bidang ketrampilan memang agak sulit. Sebab industri sendiri banyak yang kondisinya lagi PHK karyawan,” kata Anjani, lulusan program studi Broadcast Polimedia angkatan 2017 dijumpai usai mengikuti wisuda, Selasa (3/11/2020).
Ia yang kini sudah mahir bekerja di bidang media, termasuk menjadi jurnalis mengaku cukup siap terjun ke dunia kerja setelah mengenyam pendidikan di Polimedia selama 4 tahun. Di tambah praktik lapangan di IDNTimes, membuat Anjani benar-benar paham seperti apa dunia broadcast yang kini ada di hadapannya.
Anjani tidak sendiri. Ada Nabila yang juga lulus dengan perolehan IPK di atas 3,5. Gadis berjilbab yang pernah magang di KompasTV tersebut juga sudah menyiapkan plan B bahkan plan C jika terjun langsung ke dunia kerja sebagai jurnalis di media belum memungkinkan akibat pandemi Covid-19.
“Saya sudah banyak belajar tentang banyak hal di luar broadcast, kerja kreatif lainnya yang memang tidak jauh dari dunia jurnalis atau broadcast. Misalnya bagaimana merencanakan sebuah acara, merencanakan variety show dan lainnya, bahkan ngurus ijin untuk sebuah acara,” katanya.
Ia yakin perkembangan teknologi informasi, munculnya aplikasi-aplikasi media sosial seperti Youtube, Tiktok atau lainnya dapat menjadi bidang kerjaan yang tak kalah menjanjikan. Kuncinya bagaimana kita memiliki ide-ide kreatif dan mau bekerja keras.
“Jadi meski broadcast, kalau kita menguasai ketrampilan lainnya, pasti bisa kerja mandiri,” katanya.
Lulusan lain yang juga siap menghadapi kondisi lapangan kerja adalah Erlangga. Lulusan program studi multimedia Polimedia dengan IPK 3,5 lebih tersebut bahkan menargetkan bekerja dengan status ‘karyawan’ maksimal 10 tahun. Setelah itu, ia berencana mendirikan usaha sendiri dibidang yang dikuasainya yaitu multimedia.
Saat ini Erlangga sendiri bekerja dengan status karyawan kontrak di Smartfren. Tetapi dengan berbagai ketrampilan kerja yang dimiliki mulai dari desain, animasi, teks hingga audio, Erlangga tak perlu khawatir dengan situasi dan kondisi dunia kerja saat ini.
“Ada saatnya nanti saya harus mandiri, mengelola usaha sendiri, mengelola karyawan. Dan saya bekerja sebagai karyawan saat ini dalam rangka mengumpulkan modal,” katanya.
Bagi Anjani, Nabila dan Erlangga, kuliah di Polimedia benar-benar merupakan suatu keberuntungan. Sebab Polimedia benar-benar memberikan ketrampilan kerja yang memang sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan.
Saat ditanya untuk apa perolehan IPK tinggi tersebut, mereka cuma tersenyum. “IPK kan sekedar pencapaian akademik. Yang terpenting sebenarnya apakah kita lulus dengan penguasaan ketrampilan kerja yang baik atau setengah hati,” jelas Anjani.
Apalagi sekarang, fenomena dunia kerja mengarah ke gejala tidak terlalu memperhitungkan ijazah. Dalam arti, ijazah tidak lagi menjadi sesuatu yang ‘keramat’ untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan menjanjikan. Seiring makin melesatnya perkembangan teknologi, hal-hal yang konvensional pasti juga akan ditinggalkan manusia. Dan sebagai generasi milenial yang sudah mengenyam pendidikan vokasi di Polimedia, mereka dituntut mampu untuk beradaptasi dengan dunia kerja masa depan.
Animo masyarakat untuk studi di Polimedia belakangan meningkat tajam. Tahun ini Polimedia mencapai rekor terbaru dalam hal penerimaan mahasiswa baru dengan jumlah satu angkatan mencapai 1.986 mahasiswa, terdiri atas 14 Prodi di kampus utama Jakarta dan masing-masing 5 Prodi di PSDKU Medan dan Makassar.
Lulusan Polimedia tahun sebelumnya, hampir 90 persen terserap dunia kerja, sisanya memilih kerja mandiri. Tetapi situasi tersebut tentu berbeda saat ini di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir.