24.5 C
Jakarta

Catatkan Namamu dalam Panggung Sejarah!‎

Baca Juga:

Jangan sampai nama kita hanya tercatat di batu nisan saja setelah kita ‎meninggal dunia nanti. Ini serius!‎

Apa gunanya kita hidup berpuluh-puluh tahun di dunia ini, jika ada ‎dan tidaknya kita sama saja (wujuduhu ka ‘adamihi). Apa perlunya kita hidup ‎berlama-lama di muka bumi ini, kalau cuma sekadar menambah penuh dan ‎sesak bumi yang sudah sangat padat penduduk ini. Untuk apa kita hadir ke ‎alam ini, kalau tidak ada manfaat apa pun yang dapat kita berikan kepada ‎sesama, kepada alam, kepada makhluk Allah yang ada di jagat raya ini.

Buat ‎apa kita ada di di bawah kolong langit ini dalam rentang waktu yang lama, jika ‎tidak ada kontribusi sedikit pun yang dapat kita berikan sebagai investasi ‎akhirat kita kelak.‎

Tuhan yang Mahahebat, Tuhan yang Mahaluarbiasa, tidak mungkin ‎menciptakan makhluk-Nya biasa-biasa saja. Tuhan yang Mahasempurna, tidak ‎mungkin menciptakan makhluk-Nya asal-asalan.

“Sucikanlah nama Tuhanmu ‎yang Maha Tinggi, yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-‎Nya).” Demikian bunyi salah satu firman-Nya. Dalam firman-Nya yang lain ‎disebutkan, “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu ‎dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.”‎

Dari beberapa keterangan tersebut, jelaslah bahwa kita semua, umat ‎manusia, yang merupakan salah satu makhluk ciptaan-Nya, adalah makhluk ‎yang diciptakan dengan sempurna, lengkap dengan segala kemampuan yang ‎melekat dalam diri kita.‎

Jika sudah jelas bahwa Tuhan yang Mahasempurna menciptakan ‎makhluk-Nya dengan sempurna, mengapa kemudian sebagian besar manusia ‎tidak memaksimalkan kesempurnaan yang telah Tuhan berikan? Sebagian ‎besar kita merasa bahwa kita adalah makhluk biasa tanpa kelebihan apa pun ‎yang kita miliki.‎

Hal ini terbukti dengan banyaknya jumlah orang-orang gagal ‎dibandingkan dengan jumlah orang-orang sukses. Lebih banyak para ‎pecundang daripada para pemenang. Lebih banyak orang miskin daripada ‎orang-orang kaya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, jauh lebih banyak ‎orang yang meninggal tanpa memberi makna sedikit pun kepada orang-orang ‎yang ditinggalkannya, sehingga namanya terkubur bersama jasadnya, ‎dibandingkan orang-orang yang mampu memberi warisan nilai-nilai kebaikan, ‎sehingga namanya dicatat dalam panggung sejarah kehidupan, dan terus ‎dikenang meski jasadnya sudah berkalang tanah ratusan bahkan ribuan tahun ‎lamanya.‎

So, pelajaran yang dapat kita petik dari kenyataan ini adalah, ‎mumpung masih diberi umur, mumpung jasad belum terbujur, mumpung ‎masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia ini, lakukan aktivitas terbaik ‎setiap saat, setiap waktu. Berikan kontribusi kepada sesama, tanamkan nilai-‎nilai kebaikan kepada orang lain di sekeliling kita, ciptakan karya yang akan ‎mengabadikan nama kita, tidak hanya di dunia ini, tetapi di akhirat nanti. ‎Bekerjalah dengan penuh semangat. Niatkan berkhidmat kepada manusia ‎untuk meraih ridla Tuhan. Jangan sia-siakan sedetik pun kehidupan kita untuk ‎hal yang tidak berguna. Maksimalkan potensi yang kita miliki. Manfaatkan ‎waktu sebaik-baiknya.‎

Jika seluruh aset yang kita miliki, berupa potensi, materi, serta ilmu ‎pengetahuan kita khidmatkan untuk kemanusiaan, niscaya pada saatnya ‎nanti kita akan menuai nilai-nilai kebaikan dari apa yang sudah kita lakukan ‎selama ini.‎

Harta kita yang sudah berwujud fisik bangunan tempat ibadah, ‎lembaga pendidikan, ataupun yayasan sosial akan menjadi monumen hidup ‎kita, setelah kita wafat nanti.‎

Ilmu pengetahuan yang kita miliki dan sudah tertuang dalam sejumlah ‎karya berupa buku akan menjadi warisan intelektual yang sangat berharga ‎bagi generasi setelah kita.‎

Sejumlah warisan kebaikan tersebut ibarat benih yang kita tanam di ‎dunia, dan akan kita tuai panen raya kebaikan tidak saja ketika kita masih ada ‎di dunia ini, tetapi juga kelak ketika kita sudah ada di akhirat. Nama kita akan ‎dikenang sepanjang masa karena nilai-nilai kebaikan yang telah kita tanam. ‎Karya-karya kita akan terus dinikmati dan memberi manfaat kepada orang ‎lain, serta menjadi ladang pahala bagi kita, meski raga kita telah berkalang ‎tanah.‎

Inilah kebahagiaan tertinggi bagi seorang anak manusia. Meski ‎umurnya di dunia hanya berbilang puluhan tahun, tetapi usianya tak pernah ‎lekang dimakan zaman dan tak pernah lapuk ditelan waktu.‎

So, catatkan namamu dalam panggung sejarah!‎

uang Inspirasi, Rabu, 8 Januari 2020.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!