Oleh : Ashari, SIP )*
Pandemi Covid-19 menimbulkan banyak perubahan gaya hidup. Termasuk yang
terjadi di lingkungan sekolah. Saya, Ashari, mengajar PPKn di SMP
Muhammadiyah Turi
Sleman DI Yogyakarta. Sekolah pinggiran yang berada di perbatasan antara Kab. Sleman dan
Kab. Magelang. Terdiri dari 8 rombel. Secara ekonomi sosial,
mayoritas wali siswa kami dari kelas menengah ke bawah. Secara kecerdasan/
kognitif siswa kami juga berada di kelas tengah. Pinter banget, tidak. Namun di kelas bawah juga tidak. Maka SMP
Muhammadiyah Turi di bawah Kepala Sekolah kami Bu Nur Rahayu, MPd – ingin lebih membangun kebiasaan baik ( positip ) untuk menjadi bekal hidup dikemudian hari. Minimal setelah lulus SMP. Anak-anak bisa sholat dengan baik dan benar. Yang tidak kalah pentingnya adalah mengaji.
Kebiasaan yang coba dibangun di sekolah kami. Dimulai dengan upaya siswa masuk
pagi. Lebih awal. Mruput. Jam 06.45 WIB siswa sudah harus berada di dalam gerbang sekolah. Tentu harapannya guru dan karyawan lebih awal dari siswanya. Kegiatan dimulai denganSholat Dhuha, setiap Rabu dan Jumat. Diikuti oleh semua siswa, guru dan karyawan.Memang tidak setiap hari diawali Dhuha, karena dibagi. Senin Upacara Bendera, Selasa, Kamis diisi dengan Literasi. Membaca buku dari perpustakaan secara bergantian. Sabtu dan Ahad, kami libur. Boleh dikata kami menerapkan full day school.
Sebelum masuk pintu gerbang, siswa disambut dengan guru piket dengan programnya
3 S : Senyum, Salam, Sapa. Siang hari, waktu Dhuhur, kembali siswa dikondisikan untuk berjamaah. Siswa putri yang kebetulan libur, mereka tidak serta merta bebas tugas, tetapi mengikuti kajian keputrian, yang diampu oleh ibu-ibu guru kami secara bergantian.
Harapannya mereka mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman keagamaan.
Karena dalam kenyataannya mereka banyak yang belum paham tentang hal-hal yang
berhubungan dengan keputrian. Misal, apa yang harus dilakukan ketika sedang
haid/mesntruasi. Usai sholat dhuhur berjamaah. Kami istirahat 20 menit. Dilanjutkan dengan KBM ( kegiatan belajar mengajar) sampai waktu sholat Ashar. Kamipun kembali berjamaah Ashar di masjid sekolah yang ada di lantai 2. Kenyataannya tidak mudah untuk mengkondisikan siswa untuk mendirikan sholat Ashar ini. Karena disamping mungkin sudah capek. Lelah.
Alasan kedua, berdasarkan survei ternyata diantara mereka (jumlahnya banyak) belum
terbiasa menjalankan sholat Ashar di rumah. Karena orang tuanya juga belum sholat. Maka ekstra tenaga kami kondisikan untuk bisa sholat Ashar ini. Alhamdulillah setelah berjalan, beberapa bulan, mereka mulai berada di koridor dan rel-nya. Sebelum pulang sekolah, harus sholat Ashar. Itu yang ada dalam pikirannya.
Kebiasaan baik kami yang lain adalah mengaji/taddarus, setiap Jumat siang setelah
Sholat Jumat.Karena hasil test awal masuk, masih banyak anak-anak (siswa) yang belum bisa mengaji. Maka sekolah bertekad, bagaimana agar keluar dari SMP
Muhammadiyah Turi, siswa bisa mengaji dan sholat dengan benar.