29.6 C
Jakarta

Daya Ubah dari Sholat Berjamaah

Baca Juga:

Oleh Ashari. SIP*

SHOLAT adalah kebaikan Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Dari sisi apapun, ternyata dampak sholat akan kembali kepada pelakunya. Diri kita sendiri. Quran menyebutkan “Laha ma kasabat wa’alaiha maktasabat”  – Apa yang kita lakukan adalah untuk diri kita sendiri. Bagaimana dengan sholat berjamaah yang kita lakukan? Apa hikmah dibalik perintah sholat berjmaah ini, padahal sholat sendiripun juga boleh? Tidak berdosa?

Ternyata ada beberapa rahasia yang luar biasa yang belum terungkap terkait dengan sholat berjamaah ini. Baik dari sisi pahala maupun dampak sosial ekonomi yang menyertainya. Dari sisi pahala, jelas sholat berjamaah berlipat 27 derajat pahalanya dibanding dengan sholat sendiri-sendiri (munfarid). Meski sesungguhnya konteks pahala ini sangat nisbi dan kita sebagai orang beriman, sifatnya percaya. Karena tidak kasat mata. Justru yang kelihatan adalah efek positif dari pelaksanaan sholat berjamaah ini dapat kita lihat dan rasakan. Implementasinya juga dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama – Komunikasi antar jamaah akan menjadi lebih cair. Kesibukan yang menguras energi hampir tiap hari, memaksa kita menjadi jarang bertemu dengan tetangga. Berangkat pagi pulang petang. Kadang sudah capek. Maka salah satu media untuk bertemu adalah di masjid/mushola saat kita bersama sholat. Di situlah kita bisa saling curhat, saling cerita kesibukan masing-masing, hingga  beberapa diantara kita dapat saling memberi dan menerima.

Kedua – Sholat berjamaah mengajarkan kita untuk berbagi tugas dalam kehidupan. Sehingga tugas yang beratpun dapat dilaksanakan. Dalam sholat berjamaah ada imam dan makmum. Tidak semua harus menjadi imam, harus ada salah satu yang menjadi imam. Dengan syarat-syarat tertentu, misalnya bacaan lebih fasih, lebih tua, sehingga bisa dapat  diterima oleh jamaah. Contoh yang lebih konkret adalah pelaksanaan Ibadah Kurban. Orang yang memiliki harta untuk berkurban, tentu mereka tidak akan dapat melaksanakan sendiri, menyembelih, memotong-motong, hingga membagi kepada warga masyarakat. Disinilah dibutuhkan semangat kebersamaan. Dan itu dapat kita lihat dari pelajaran sholat berjamaah.

Ketiga – Saling mengajak. Untuk mengajak berbuat baik kepada orang lain, lebih ringan dari pada mencegah kemungkaran. Akibat samping yang harus diterima. Pengalaman menunjukkan meski masjid sudah banyak dan bagus-bagus, namun jika diukur dengan jumlah jamaah yang sholat di masjid masih memperihatinkan. Rumah dekat masjid ternyata juga tidak bisa dijadikan ukuran untuk rajin ke masjid. Bahkan yang sudah berpredikat haji sekalipun, belum tentu kemudian rajin ke masjid. Artinya godaan untuk sholat sendiri, bahkan tidak sholat lebih besar. Maka momentum sholat berjmaah ini dapat digunakan untuk saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (Qr. Al-Ashr 1-3).

Keempat –  Melatih kesabaran. Secara tidak langsung sholat  berjamaah melatih untuk taat kepada imam. Karena sudah menjadi kaidah bahwa makmum tidak boleh mendahului imam, baik itu ucapan apalagi gerakannya. Maka meski imam agak lama membacanya, kurang begitu bagus cengkok-nya, sebagai makmum, jamaah harus taat kepada imam. Baru kemudian kelau memang imam keliru secara sar’I, misalnya kentut

Atau keliru bacaannya, makmum boleh/harus membetulkan dengan cara-cara yang makruf.

Semoga kita dapat memperoleh hikmah dari perintah sholat berjamaah ini, hingga mampu merubah diri dan keluarga untuk menuju kearah yang lebih baik. Jangan sampai masjid banyak dan bagus namun sepi dari kegiatan keagamaan, terutama sholat berjamaahnya. Sekian

* Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman DIY.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!